Oleh: Fahmi Ali N H Kita sudah masuk 10 kedua bulan puasa. Walau puasa itu ibadah rahasia, tapi ternyata tidak bisa lepas dari anca...
Oleh:
Fahmi Ali N H
Kita sudah masuk 10 kedua bulan puasa. Walau puasa itu ibadah rahasia, tapi ternyata tidak bisa lepas dari ancaman riya' yang membuat ibadah kita sia-sia.
Kalau kita puasa, kadang ingin dihormati sebagai orang berpuasa. Lalu marah-marah kalau ada orang yang makan di depan kita. Padahal kelakuan itu sama saja berharap pengakuan dari makhluk. Dengan marah, sama saja kita pengumuman ke orang kalau kita sedang puasa. Dan itu pastinya riya'.
Maka kita perlu tips untuk menghindari harap-harap pujian makhluk dan memahami hakikat pujian. Kanjeng Nabi Isa AS memberi kita tips tersebut:
إذا كان يوم صوم أحدكم فليدهن رأسه ولحيته ويمسح شفتيه لكيلا يرى الناس أنه صائم، وإذا أعطى بيمينه فليخق عن شماله، وإذا صلى فليرخ ستر بابه، فإن الله تعالى يقسم الثناء كما يقسم الرزق
"Saat tiba waktunya kalian berpuasa, pakailah minyak rambut di saat puasa, bersemangatlah dalam beraktifitas di saat puasa, dan basahi bibir kalian, jaga-jaga kalau ada orang yang tahu kalau kalian sedang berpuasa. Dan jika ada orang yg menyedekahi kalian dengan tangan kanannya, hati-hatilah pada tangan kirinya. Dan saat kalian sholat, maka tutup rapat daun pintunya. Sesungguhnya Gusti Allah membagi-bagi pujian bagi manusia itu persis seperti pembagian rizqi"
Artinya, jika sedang puasa, kita jangan sampai kelihatan lesu, lemes, kucel dan tak bergairah. Tampilan harus tetap kelihatan segar, ceria, bersemangat dan tetep ganteng walau perut merintih. Agar orang lain tidak tahu kalo kita sedang puasa.
Seperti halnya kita harus berhati-hati dengan kebaikan seseorang, jangan-jangan ada apanya di belakang. Termasuk ketika seseorang memuji kita, kita juga kudu hati-hati. Jangan ada rasa tamak akan pujian, agar tidak terjebak. Jangan beri kesempatan hati ingin pujian. Bahkan saat kita sholat sendirian, kita tutup pintu rapat-rapat agar tak ada yg tahu.
Pujian dan pengakuan itu sama persis seperti harta. Seperti halnya harta, kita butuh pujian sebagai penyemangat kita dalam beramal sehingga mental kita sehat. Itu manusiawi sekali. Tapi kita jangan pernah bergantung dan berharap pada pemberian makhluk, termasuk berharap pujian makhluk.
Seperti halnya berdagang, kita jangan keterlaluan memikir omzet yang sering bikin kecewa kalau tidak sesuai harapan. Begitu juga pujian, dlm beribadah jangan pernah berpikiran tentang pujian yang bikin depresi kalo tidak dapat.
Gusti Allah pasti akan memberi kita pujian. Sebagaimana Dia pasti memberi kita rizqi. Karena Gusti Allah Maha Tahu kalo kita butuh dikasih pujian sebagaimana Dia Maha Tahu kita butuh rizqi.
Maka kita harus berharap hanya kepada Gusti Allah. Segala amal pasti akan dapat balasannya. Entah esok atau kapan, entah di dunia maupun di akhirat. (Selesai)
* Santri Pondok Pesantren Al Kholil, Alumni ITS Surabaya
COMMENTS