Oleh: Ahmad Najib AR LTN NU Jawa Timur Alkisah, di Makkah dulu hidup seorang Syaikh yang dikenal sebagai WaliyuLloh. Beliau masyhu...
Oleh:
Ahmad Najib AR
LTN NU Jawa Timur
Alkisah, di Makkah dulu hidup seorang Syaikh yang dikenal sebagai WaliyuLloh. Beliau masyhur memiliki banyak karomah, yakni hal-hal yang luar biasa (khoriqul 'adah) yang sulit dinalar.
Ada seorang tetangganya yang antipati sinis. Ia mencaci orang-orang yang mempercayai karomah yang dimiliki Syaikh tersebut. Namun makin hari makin banyak yang membicarakannya. Hingga ia pun penasaran dan ingin membuktikannya secara langsung.
Orang tersebut pun datang ke rumah si Syaikh dan menjelaskan maksudnya.
"Kau ingin membuktikan karomah?" tanya si Syaikh. "Baik. Sebentar lagi kan Ramadhan. Selama sebulan kau tinggal saja di sini. Nanti kamu akan bisa membuktikannya."
Tepat pada malam pertama Ramadhan, orang tersebut datang. Setelah beramah-tamah sejenak, dia pun dipersilakan istirahat.
Saat sahur, dia diajak makan berdua dengan si Syaikh yang memang selama ini tinggal sendirian. Adzan subuh terdengar, mereka pun sholat berjamaah. Demikian pula saat dhuhur dan asar.
Seperti juga jamak dulu ada di beberapa daerah di Indonesia, salah satu tradisi masuknya waktu berbuka di Makkah kala itu adalah adanya "belanggur", semacam petasan besar yang diledakkan tepat saat maghrib tiba.
"Nah, belanggur sudah bunyi, ayo kita berbuka," ajak si Syaikh yang kemudian dilanjutkan sholat maghrib. Selepas adzan isya, mereka berdua lekas berjamaah dan dilanjutkan dengan tarawih dan tadarus.
Hal itu secara teratur mereka lakukan berdua. Hari demi hari tanpa keluar rumah sama sekali. Stay at home istilah sekarang.
Lewat 1 minggu, orang tersebut belum menemukan hal ganjil dari diri Syaikh.
"Sabar saja. Pokoknya kamu tetap di sini selama 1 bulan penuh, tanpa keluar rumah, kamu nanti pasti akan bisa membuktikan karomah itu ada atau tidak." jelas Syaikh.
"Sabar saja. Pokoknya kamu tetap di sini selama 1 bulan penuh, tanpa keluar rumah, kamu nanti pasti akan bisa membuktikan karomah itu ada atau tidak." jelas Syaikh.
Lewat 2 minggu, orang itu mulai gelisah karena tidak menjumpai apapun yang dicarinya. Semuanya biasa-biasa saja. Namun rasa penasarannya membuat dia bertahan. Bahkan hingga akhir Ramadhan pun dia belum menemukan apa-apa.
"Besok pagi sudah 1 Syawwal. Sesuai perjanjian, kamu boleh pulang," kata Syaikh.
"Tapi aku belum menemukan karomah Anda," bantahnya. "Berarti keyakinanku yang benar. Karomah itu omong kosong."
"Sudah lah kamu pulang saja, nanti kamu akan membuktikan," terang si Syaikh.
Pagi datang. Orang itu pamit pulang. Sambil menggerutu merasa dikerjai.
"Bodoh sekali aku menghabiskan waktu sia-sia sebulan di sini," serapahnya.
Namun dalam hati dia merasa menang. Dia telah buktikan bahwa karomah itu hanya bualan murahan. Dia tidak sabar akan menceritakan kepada semua orang.
"Bodoh sekali aku menghabiskan waktu sia-sia sebulan di sini," serapahnya.
Namun dalam hati dia merasa menang. Dia telah buktikan bahwa karomah itu hanya bualan murahan. Dia tidak sabar akan menceritakan kepada semua orang.
Di tengah jalan dia bertemu dengan temannya. Karena merasa hari itu adalah Idul Fitri, diapun menyapanya. Dengan salam lebaran tentunya.
"Ahlan wa marhaban. TaqabbaLloh minna wa minkum taqobbal ya Karim"
"Ahlan wa marhaban. TaqabbaLloh minna wa minkum taqobbal ya Karim"
Tapi jawaban si teman justru di luar dugaan. "Kamu sudah gila ya?" makinya.
"Lho, apa yang salah? Bukankan sekarang hari raya?" tanyanya.
"Hari raya apa? Ini baru masuk 1 Ramadhan, bodoh!"
"Haaah..," teriaknya sebelum pingsan.
Sumber: diolah dari Kisah dari KH. Iqbal Ridlwan (Jember)
COMMENTS