Oleh: KH. Tauhidullah Badri* Saat ini banyak orang dihinggapi rasa takut, takut terhadap virus corona dan takut serta khawatir jika ...
Oleh: KH. Tauhidullah Badri*
Saat ini banyak orang dihinggapi rasa takut, takut terhadap virus corona dan takut serta khawatir jika hidupnya merana karena efek corona. Berbagai antisipasi dilakukan agar senantiasa sehat, selamat, aman dan hidupnya sejahtera. Demikian juga semestinya ketika kita sadar bagaimana nasib kita sesudah meninggalkan dunia yang fana.
Bagaimana jika kematian tiba? di kuburan sendirian tanpa siapa-siapa, di akherat sdh cukupkah bekal yg kita bawa? Surga apa neraka semua masih tanda tanya. Sedangkan bekal amal tak cukup rasanya. Orang-orang shaleh senantiasa berada dalam ketakutan, takut amalnya tidak diterima oleh Allah dan takut jika kelak ia mati suul khotimah, takut akan adzab kubur dan adzab neraka.
Karenanya Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah mengungkapkan :
المؤمنُ جَمَعَ إِحسانًا وشَفَقَـةً، والمنافقُ جَمَعَ إساءةً وأمنًا، ثم تلا الحسن: إِنَّ ٱلَّذِينَ هُم مِّنۡ خَشۡيَةِ رَبِّهِم مُّشۡفِقُونَ
“Seorang mukmin (adalah orang) yang mengumpulkan (dua hal dalam dirinya) ikhsan (beramal yang berkualitas), dan khawatir (amalnya tidak diterima). Sedangkan orang munafik menggabungkan (dua hal pada dirinya, yaitu): buruk (amalannya) dan merasa aman (dari siksa Allah).
Kemudian Hasan Al-Bashri membacakan (ayat): “Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka.” (Tafsir Ath-Athabari, 68: 17). Begitupun Al Qur'an menceritakan tentang profil ‘ibadurrahman" (hamba Allah yang sejati) senantiasa memiliki rasa takut dan khawatir dengan siksa neraka.
وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱصۡرِفۡ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا إِنَّهَا سَآءَتۡ مُسۡتَقَرّٗا وَمُقَامٗا
“Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (QS. Al-Furqan: 65-66) Sayyidina Ustman Bin Affan setiap melewati kuburan beliau menangis ketakutan. Karena beliau selalu ingat sabda Nabi bahwa kuburan adalah awal kehidupan akherat dan akhir kehidupan dunia.
Sa’ad bin Ibrahim bercerita tentang sahabat Nabi Abdurrahman bin Auf (termasuk 10 sahabat yg dijamin masuk surga) ketika dihidangkan makanan untuk berbuka puasa,saat itu beliau membaca firman Allah
إِنَّ لَدَيْنَآ أَنكَالاً وَجَحِيمًا, وَطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَعَذَابًا أَلِيمًا
“Sesungguhnya di sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala, dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan adzab yang pedih.” (QS. Al-Muzammil: 12-13).
Usai membaca ayat tersebut beliau menangis sehingga makan malamnya pun dibereskan kembali (at-Takhwif min An-Nar, Hal: 122). Hal itu terjadi karena beliau sangat akut dan tidak kuat membayangkan dahsyatnya siksa neraka.
Sahabat Nabi Abdullah bin Rawahah r.a. suatu hari ia menangis ketakutan. Melihat keadaan itu, istrinyapun turut menangis.
Dia bertanya kepada istrinya, “Mengapa kamu menangis?”
Istrinya menjawab, “Apa yang menyebabkan engkau menangis, itulah yang menyebabkan aku menangis.”
Abdullah r.a. berkata, “Ketika saya ingat bahwa saya harus menyeberangi neraka melalui Shirat, saya tidak tahu apakah saya akan selamat atau tidak.”
Zurarah bin Aufa r.a. suatu hari sedang shalat di Masjid, beliau terjatuh dan meninggal dunia seketika setelah membaca ayat yang artinya: “Maka apabila ditiup sangkakala, maka yang demikian itu adalah suatu hari yang sulit. ” (Qs. Al Muddatstsir [74]: 8 – 9).
Begitupun para Ulama' begitu besarnya rasa takut mereka terhadap siksa kubur dan siksa neraka. Sebagaimana banyak diceritakan tentang hal tersebut oleh Syekh Abu Bakar Ahmad bin al-Husain bin Ali bin Musa al-Khasrujaradi al-Baihaqi as-Syafi’I dalam kitabnya yang berjudul Itsbat ‘Adzab al-Qabr wa Sual al-Malakain.
Yahya bin Mu’adz berkata, “Seandainya seseorang takut kepada neraka sebanyak ketakutannya kepada kemiskinan, maka ia akan langsung masuk surga.”
Rasa takut yg didasari keimanan yang kokoh, akan melahirkan ketakwaan serta keistiqamahan dalam beribadah. Semakin kuat iman seseorang maka semakin takut terhadap dosa dan semakin berusaha menghindarinya, serta semakin takut akan adzab Allah.
Sesuai sabda Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ فِي أَصْلِ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ وَقَعَ عَلَى أَنْفِهِ قَالَ بِهِ هَكَذَا فَطَارَ
"Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya –begini-, maka lalat itu terbang." [HR. at-Tirmidzi].
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَىٰ وَمَا هُمْ بِسُكَارَىٰ وَلَٰكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ
"Hai manusia, bertakwalah kepada Rabbmu. Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah), pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, semua wanita yang menyusui anaknya lalai terhadap anak yang disusuinya, dan semua wanita yang hamil gugur kandungan. Kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk. Akan tetapi adzab Allah itu sangat keras." [al-Hajj/22:1-2].
اللّهمّ إٍني أَسْأَلُكَ الْجَنَّـةَ، وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِن قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ النَّارِ، وَمَا قَـرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قولٍ أَوْ عَمَلٍ
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga, dan apa-apa yang mendekatkan aku kepadanya (surga) baik berupa perkataan maupun perbuatan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka, dan apa-apa yang mendekatkan kepadanya (neraka), baik berupa perkataan maupun perbuatan.” . Amiin.
_____________________
* Pengasuh Ponpes Badrid Duja Kraksan Probolinggo.
COMMENTS