Oleh: Ahmad Karomi* Dua kali ini, Aisyah menjadi trending topik. Pertama, ketika dideskripsikan sebagai wanita yang modis, traveler dan...
Oleh: Ahmad Karomi*
Dua kali ini, Aisyah menjadi trending topik. Pertama, ketika dideskripsikan sebagai wanita yang modis, traveler dan memiliki berat badan 55 kg oleh salah seorang ustaz medsos. Kedua, dilagukan dengan narasi gaul oleh sekelompok musisi yang kemudian dicover sana-sini.
Pertanyaannya adalah mengapa Aisyah? bukan Khadijah dan istri lainnya? padahal kesemua istri Nabi adalah ummul mu'minin yang notabene juga mulia-mulia, hebat-hebat.
Banyak keistimewaan yang dimiliki-diberikan kepada Aisyah dan tidak dimiliki wanita lain, akan tetapi saya memfokuskan kepada hal-hal yang bisa diteladani dan diikuti saja. Yaitu:
Pertama, dikenal sebagai Sosok pemberani. Sejarah mencatatnya sebagai pemimpin perang Jamal. Padahal kala itu, belumlah ada pemimpin perang dari kalangan wanita yang setangguh itu.
Kedua, cerdas-cendekia, berwawasan luas, setia dan penuh cinta pada Nabi. Terbukti Aisyah tidak menikah lagi sejak Nabi wafat, padahal saat itu Aisyah masih berusia belia.
Kepopuleran Aisyah dalam ragam keilmuan, khususnya dalam periwayatan hadis tidak bisa dianggap sebelah mata. Tak pelak hal ini menjadikan Aisyah sebagai perawi hadis dari kalangan wanita.
Abu Musa al-Asy’ari mengatakan, “Kami tidak pernah kebingungan tentang suatu hadits sehingga kami bertanya kepada Aisyah, kecuali kami mendapatkan jawaban dari sisinya.” (HR. At-Tirmidzi)
Dengan begitu, Aisyah adalah salah satu istri Rasulullah SAW yang sangat paham tentang agama dan tinggi ilmunya. Apalagi di usia yang masih relatif muda ia gunakan belajar langsung kepada Nabi.
Namun, ingat! Jangan lupakan istri Nabi yang lain, khususnya Khadijah Al-Kubro. Bagaimana sosok Khadijah berjuang demi Islam, bagaimana pula kecintaan Nabi kepadanya yang dibuktikan tidak menikahi wanita lain selama Khadijah masih hidup. Bahkan dzuriyyah Nabi pun menginduk kepada Khadijah.
Kedua istri Nabi ini merupakan wanita pilihan dan hebat di bidangnya. Bila Khadijah diibaratkan sebagai sosok pengusaha sukses, cerdas, pemimpin perusahaan, maka Aisyah ibarat sosok intelektual yang jempolan, yang menguasai banyak disiplin keilmuan.
Walhasil, segala kelebihan yang terdapat pada diri Aisyah jangan sampai menafikan keistimewaan yang juga terdapat pada diri Khadijah. Kesemuanya adalah berkah dan karunia bagi umat Islam. Kelebihan-kelebihan tersebut bukan berarti tidak bisa diteladani, bahkan malah bisa menjadi inspirasi bagi wanita muslim/muslimat untuk meningkatkan kualitasnya sebagai wanita tangguh yang cendekia, ulama perempuan, pengusaha, pemimpin di berbagai bidang di era modern.
Saya sendiri gagal paham dengan lirik Aisyah yang dipotret ketika berlari-lari dan sisi romantismenya saja. Bahkan diksi gaul seperti "swit" pun dimasukkan.
Dugaan saya, lirik tersebut dikemas secara gaul untuk kalangan muda, karena memang kejadian berlari-lari itu sendiri Aisyah masih belia.
Baidewe, sebagai pamungkas yang tidak nyambung. Khadijah identik pada lembaga milik NU, dan Aisyah identik pada lembaga milik Muhammadiyah. Keduanya bersinergi mencerdaskan bangsa dan mencintai negeri.
Blitar, 05/04/2020
__________________
*Alumni Ploso Kediri, LTNNU Jatim
COMMENTS