suasana makan bersama seusai pembacaan yasin-tahlil oleh mahasiswa dari berbagai negara di Brunei Oleh: W Eka Wahyudi LTN NU Jatim...
![]() |
suasana makan bersama seusai pembacaan yasin-tahlil oleh mahasiswa dari berbagai negara di Brunei |
Oleh:
W Eka Wahyudi
LTN NU Jatim
Pengalaman selama melakukan muhibbah akademik 14 hari di tanah Islam Melayu Beraja, memberikan kesan yang kuat bahwa ajaran Nahdlatul
Ulama berkembang di Indonesia yang dikenal dengan budaya tahlil dan yasinan
juga sangat semarak di negeri Sultan Hasanal Bolkiah.
Sebagaimana yang saya alami, setelah
membaca secara jamaah yasin dan tahlil, kita akan disiapkan prasmanan untuk makan sepuasnya
lengkap dengan pencuci mulut dan bonus uang 5-10 dolar Brunei. ceritanya. Sebagaimana pengalaman yang saya alami sendiri, pada hari pertama, selain mendapatkan makan dan pencuci mulut yang aduhai, tuan rumah memberikan uang 5 dolar (Rp. 50.000) pada semua jamaah Yasin-Tahlil, hari kedua pada tempat yang berbeda mendapatkan 10 dolar (RP. 100.000), tentu lengkap dengan hidangannya yang istimewa.
Bahkan rata-rata mahasiswa di sini, dari berbagai negara mulai dari Afrika, Palestina,
Thailand, Filipina, Nepal, banyak memanfaatkan tradisi ini untuk menyambung
hidup mereka. Saking familiarnya yasin dan tahlil, di Kolej Kediaman (asrama mahasiswa) UNISSA yang
menjadi tempat saya tinggal selama dua minggu di Brunei, di area lobbi banyak bertebaran
buku saku yang diberi judul: "Yasin, Tahlil dan Doa-Doa Pilihan". Sama persis
yang terdapat pada masyarakat nahdliyin Indonesia.
Selain itu, di
masjid-masjid Brunei juga bertebaran di rak-rak buku saku kecil yasin dan
tahlil, bahkan dilengkapi dengan nama jenazah yang dituliskan dengan harapan
siapapun yang membaca buku itu mengirimkan hadiahnya kepada nama yang tertera.
Misalkan, sebagaimana ketika saya melakukan perjalanan pulang dari KBRI ke
asrama, lalu mampir di salah satu masjid terdapat buku yasin-tahlil yang di
sampulnya tertulis:
Khusus
diwakafkan dan dihadiahkan pahalanya kepada Allah Yarham Hajah Pasah Binti
Aliamat.
Khusus
diwakafkan dan dihadiahkan pahalanya kepada Allahyarhamah Hajah Saribangun
alias Hajah Halus Binti Awang Gamok.
Hadiah
al-fatihah dan kutipan ayat-ayat al-Quran dan sholawat untuk keluarga yang
telah meninggal, tentu menjadi bagian tak terpisahkan dalam masyarakat
Nahdlatul Ulama di Indonesia. Dan tradisi ini sangat mendarah daging juga pada
masyarakat Brunei.
Tak hanya itu,
jika singgah untuk sekedar sholat berjamaah di masjid-masjid Brunei, kita akan
mendapati komposisi bacaan wirid setelah sholat, sama persis seperti apa yang
ditradisikan oleh jamaah NU. Di awali dengan istighfar, membaca dzikir dan berdoa
secara bersama dengan satu imam.
Semarak tradisi
syafi’iyah juga nampak dari jalinan yang harmonis antara ajaran islam dengan
kebudayaan Brunei. Semisal karnaval dalam rangka perayaan maulid Nabi Muhammad, majlis khotmil quran,
tadarus al-Quran selama bulan ramadhan, majlis dzikir, peringatan nuzulul
Quran, sholat hajat dan doa bersama menjelang ujian semester juga lazim
didawamkan di tanah melayu ini. Sama persis dengan tradisi keislaman yang ada
di Indonesia.
Begitupun saat
pelaksanaan sholat jum’at, prosedurnya pun sesuai SOP sebagaimana masjid-masjid
NU. Ada khotib yang dilengkapi tongkat serta bilal dengan dua kali adzan-nya. Urut-urutan
prosedural pelaksanaan sholat jumat ini, sudah disetel oleh Jabatan Masjid yang
menginduk pada pemikiran syafi’iyah.
Namun yang
membedakan, materi khutbah di negara ini diseragamkan. Hal ini dituturkan oleh
Jalaludin selaku warga negara asli yang juga pernah bekerja di Kementerian
Ugama. ia menginformasikan kepada saya, bahwa materi khutbah berasal dari Unit
Khutbah dibawah naungan Jabatan Masjid. Adapun jabatan masjid ini adalah salah
satu departemen yang berada dibawah naungan Kementerian Ugama Islam Brunei.
Sehingga khotib
tinggal membacakan apa yang sudah diperoleh dari unit masjid. Selain itu,
keunikan juga nampak pada fungsi khutbah di Brunei. Yaitu sebagai asupan informasi
masyarakat terhadap perkembangan Brunei. Misalnya, ketika kerajaan membangun
jalan tol, isu-isu viral yang berkembang di media sosial, tunjangan negara yang
baru saja dicairkan, juga menjadi “menu wajib” yang harus tersampaikan di
tengah-tengah materi khutbah.
Apa pasal? Agar
masyarakat terhindar dari beragam anggapan-anggapan negatif terhadap
pemerintah, sekaligus meminimalisir adanya keriuhan sosial-politik di negara
paling mini di dunia ini. Dan uniknya lagi, di sini setiap masjid ketika sholat
jumat baik saat khutbah maupun setelah sholat, sang imam menyelipkan doa untuk
kesehatan dan umur panjang pagi Sang Sultan lengkap beserta keluarga dan
kerabatnya.
COMMENTS