Sedang berdiskusi dengan mahasiswa S2 Brunei tentang Posisi di Perpustakaan UNISSA Oleh: W Eka Wahyudi ( Sekretaris ASPIRASI LTN ...
![]() |
Sedang berdiskusi dengan mahasiswa S2 Brunei tentang Posisi di Perpustakaan UNISSA |
Oleh:
W Eka Wahyudi
(Sekretaris ASPIRASI LTN NU Jatim)
Jika boleh
mengandaikan Nahdlatul Ulama mendirikan negara, maka kemungkinan besar Brunei
Darusasalam adalah bayangan yang paling nyata. Dalam serentang waktu 12 hari,
tepatnya dalam kurun 27 Januari -7 Februari lalu, saya berkesempatan mengunjungi
“negara Nahdlatul Ulama” (daulah nahdliyah). Jika di Indonesia aswaja an-nahdliyah
bergerak pada aspek kultural, maka di negara yang berjarak selemparan batu
dengan Kalimantan ini, ahlusunnah wal jamaah menjelma menjadi madzhab
resmi negara. Bagaimana madzhab syafi’i menjadi primadona di Brunei?
Bagi negara
Brunei, islam adalah kelompok ahlusunnah wal jamaah dengan mengikuti rel
pemikiran madzhab syafi’i. Tentu saja, kenyataan ini sebanding-selaras dengan
aswaja yang berlaku di kalangan Nahdlatul Ulama. Aswaja disini, sama persis
dengan definisi yang dikenalkan oleh hadratusyaikh KH Hasyim Asyari, yaitu
penganut empat madzhab yang salah satunya adalah Imam Syafi’i.
Di negara yang
dipimpin oleh Sultan Hassanal Bolkiah ini, madzhab syafi’i mendapat posisi yang
sangat prestisius. Sebagaimana pengamatan saya selama berada di negera ini dalam
rangka overseas short study, keistimewaan madzhab ini, termaktub dalam
Akta Majlis Agama Islam dan Mahkamah-Mahkamah Kadi Penggal 77, bab 43 (1) yang
menyatakan:
“dalam membuat
dan memberi mana-mana fatwa dengan cara yang ditetapkan terdahulu sebelum ini
Majlis dan Jawatan Kuasa Undang-Undang biasanya menurut kaul yang muktamat
daripada madzhab syafie”
Gemerlap cahaya
madzhab syafi’i semakin nampak benderang saat di Universiti Islam Sultan Sharif
Ali (UNISSA). Bahkan di kampus ini, mempunyai lembaga kajian khusus yang diberi
nama Pusat Penyelidikan Madzhab Syafi’i, lengkap dengan perpustakaan pusat yang
juga mempunyai ruangan khusus bertajuk Madzhab Syafi’i Collection (KMS)/ al-majmu’ah
al-madzhabu asy-syafi’i. Bahkan yang menarik, untuk mempublikasikan
pemikiran imam syafi’i dan ulama-ulama syafi’iyah, UNISSA memiliki jurnal
khusus bertaraf antarbangsa (internasional) yang berjudul Jurnal al-Shafi’i,
ditulis dalam tiga bahasa: Inggris, Arab dan Melayu. Keren bukan?
Selain itu,
para pengajar agama islam (baik pendidik, penceramah bahkan sampai pengajar
ngaji al-Quran) harus mempunyai lisence (berbentuk seperti ID-Card) yang
dikeluarkan oleh Majlis Ugama Islam Brunei (semacam MUI) dibawah naungan Kementerian
Hal Ehwal Ugama Brunei. Menariknya,
lisensi ini digunakan untuk menghindari sekaligus memastikan bahwa yang akan
diajarkan adalah islam dengan madzhab syafi’i, bukan yang lain.
Lalu apakah
madzhab lain tidak dikaji-ajarkan di Brunei? sebagai bahan kajian Brunei
bersifat terbuka untuk mengkaji pemikiran madzhab lain, semisal madzhab Imam
Malik, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad Ibn Hanbal. Beberapa mahasiswa luar
negeri juga bebas menjalankan ibadah sesuai dengan apa yang mereka anut.
Contohnya, mahasiswa dari Nepal yang menganut madzhab Maliki, mahasiwa India
dan Pakistan yang menganut madzhab Hanafi sangat diperkenankan untuk
menjalankan ritualnya. Namun, terdapat batasan. Bahwa kajian lintas madzhab
hanya berada di kelas, ketika keluar kelas, kholas.
Adapun madzhab
lain hanya berhenti pada aspek ritual individu. Dan jangan coba-coba untuk
mengajarkan pemikiran islam lain di luar madzhab syafi’i. Karena ada polisi
yang akan mengamankannya.
Bisa dibilang,
UNISSA merupakan kepanjangan tangan dari negara untuk mengkampanyekan madzhab
syafi’i secara akademik kepada khalayak. Hal ini dikarenakan seluruh kampus
berada dalam naungan Sultan. Begitupun dengan Kolej Universiti Perguruan Ugama
Bandar Seri Begawan (KUPUSB), yang mempunyai jarak beberapa menit dari UNISSA
juga mempunyai amanah akademik untuk mengajarkan madzhab Syafi’i. Kampus islam
kedua di Brunei ini berhajat untuk melahirkan tenaga pendidik yang berhaluan
aswaja bermadzhab syafi’i dalam rangka mengokohkan kedudukan agama islam di
Negara kerajaan.
Posisinya yang
istimewa tersebut bahkan telah dilegitimasi menjadi hukum syariah negara yang
disebut sebagai Hukum Kanun Brunei (HKB). Di dalamnya banyak mengatur beragam
hukum adat dan syara’ yang meliputi: undang-undang keluarga islam,
undang-undang muamalat harta, undang-undang tanah maupun admisnistrasi negara
dan hukum acara. Bahkan HKB sudah menyentuh hukum jinayah: semisal hudud dan
Qisas. Namun khusus untuk bab Jinayah, saat ini sedang dalam proses
pengkajian Pusat Dakwah Islamiyah dan Kementerian Ugama.
COMMENTS