header-wrapper { background:#ffffff URL(/images/banner.png); height:240px; width:600px; margin:0 auto 0px; border:0px solid $bordercolor; }

Refleksi Arab Spring: Libya Nasibmu Kini

Oleh: Achmad Murtafi Haris* Arab Spring atau Gejolak Arab yang mulai terjadi pada Desember 2010, mengundang perhatian dunia hingga k...



Oleh: Achmad Murtafi Haris*

Arab Spring atau Gejolak Arab yang mulai terjadi pada Desember 2010, mengundang perhatian dunia hingga kini. Perlawanan rakyat atas pemerintah yang sedang berkuasa terjadi di hampir semua negara Arab, baik yang republik mau pun monarki. Yang terjadi di negara republik lebih nasib masif dan fundamental daripada yang terjadi di negara kerajaan. Di negara-negara republik, seperti Tunisia, Mesir, Libya dan Yaman, semua presidennya tumbang. Hanya Syria yang presidennya bertahan hingga kini setelah melalui masa perang saudara yang sangat panjang dan tumbangnya ISIS. Kelompok bersenjata yang bercokol di kawasan selama empat tahun. (Silah googling: Memprediksi Usia ISIS).

Sementara di negara-negara Arab yang bersistem kerajaan, terjadi pergantian pemerintahan, Perdana Menteri, konstitusi, peredaman hingga penumpasan demosntran oleh aparat keamanan. Meski demikian, gejolak itu tidak sampai menjungkalkan sang raja. Dia masih kokoh duduk di singgasana. Hal ini terjadi setidaknya di Yordania, Maroko, Kuwait dan Bahrain. Di Saudi Arabia, pemerintah pada akhirnya berhasil meredam para demontrans di propinsi yang mayoritas penduduknya dari kalangan penganut Syiah, yaitu propinsi Qatif.

Kejatuhan yang paling tragis menimpa Muammar Khadafi pemimpin Libya. Pada Oktober 2011, dia tidak hanya jatuh tapi tewas mengenaskan di tangan anak muda dengan senjata di tangan. Layaknya seorang gangster yang brutal bak Al Capone sang pemimpin gangster Amerika di era 2-an, dia dan rekannya menggeret sang pemimpin Libya yang tertangkap sembunyi di gorong-gorong. Khadafi yang merengek-rengek agar tidak dibunuh itu pun terkapar oleh letusan peluru yang melesat dari senjata sang pemuda. Tidak sampai di situ, mayatnya diangkut dan ditinggalkan di mall untuk menjadi tontonan massa.

Usai tumbangnya Khadafi, hingga kini Libya tidak kunjung aman. Abdul Aziz, Mahasiswa S3 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya asal Libya mengatakan, bahwa hingga kini di Libya terdapat dua pemerintahan yang berpusat di Tripoli dan Benghazi, bagian Libya barat dan timur.

Pada November kemarin pemerintah Italia (penguasa Libya sebelum kemerdekaan) mengundang kedua belah pihak yang berseteru, Pemerintah Rekonsiliasi Nasional dan Dewan Parlemen yang didukung tentara nasional Libya untuk berunding di Palermo, Italia. Mereka membahas rencana pembentukan pemerintah rekonsiliasi baru yang terdiri dari presiden, dua wakil dan Perdana Menteri yang terpisah (satu di Barat dan satu di timur).

Di antara akar permasalahan yang memecah Libya adalah perebutan hasil tambang minyak yang pengelolahannya dimenangkan oleh kubu pemerintah rekonsiliasi yang berpusat di Tripoli. Pengakuan pihak internasional terhadap kubu tersebut dalam kontrak perminyakan justru menjadikan kubu yang lain melawan dengan lebih keras. Sebelum mengerucut ke dua kubu ini, Libya dicabik-cabik oleh banyak kekuatan milisi bersenjata. Mereka setidaknya terbagi dalam tiga kelompok besar yaitu kelompok pejuang nasionalis, pejuang Islam dan kelompok gangster. Para gangster itu menjadikan para imigran gelap Afrika yang ingin menyusup ke Eropa melalui Libya sebagai tawanan dan menjadikan mereka sebagai budak yang diperjualbelikan. Di antara yang lolos dari perbudakan itu adalah Mamoudou Ghassama. Seorang imigran asal Senegal yang mendapat penghargaan pemerintah Perancis karena keberaniannya memanjat dinding luar apartemen hingga ke lantai empat demi menyelamatkan bayi yang nyaris jatuh dari pagar balkon rumah. Kemaampuannya merayap menjadikannya dijuluki the Muslim Spider-Man. Eksistensi gangster perdagangan manusia itu pun akhirnya berhenti seiring keberhasilan negosiasi antara pemerintah rekonsiliasi dan mereka dengan imbalan posisi tertentu.

Sementara kekuatan Islam yang ikut berebut kekuasaan di Libya adalah jaringan Alqaidah dan ISIS. Keduanya bersaing dan saling bunuh untuk menguasai negara kaya minyak itu. Mereka yang mayoritas telah ikut berperang bersama ISIS di Syria dan Iraq itu kemudian mendirikan cabang ISIS di Libya dan berbaiat kepada Abu Bakar al- Baghdady yang telah mendeklarasikan diri sebagai khalifah umat Islam.

ISIS Libya sempat berkoalisi dengan Anshar al-Shari’ah yang berafiliasi ke Alqaidah di awal operasi militernya melawan Tentara Nasional Libya. Kerjasama itu pun tidak berlangsung lama. Mereka akhirnya berperang satu sama lain dalam memperebutkan kota Sirte, daerah tempat kelahiran Muammar Khadafi. Daerah yang semula dikuasai oleh kelompok Anshar al-Shari’ah itu pun akhirnya tumbang dan menjadi wilayah kekuasaan ISIS. Hingga akhirnya pada Januari 2017, Tentara Nasional Libya dengan bantuan dari Prancis dan Amerika berhasil memukul mundur ISIS dari Sirte sehingga mereka melarikan diri di padang sahara.

Intelijen Libya melaporkan, bahwa kebanyakan tentara ISIS direkrut dari negara-negara Afrika yang miskin. Mereka yang bergabung dan berasal dari negara Chad, Mali, Sudan, Senegal dan negara lainnya dijanjikan gaji yang tinggi di atas rerata penghasilan pekerja Afrika. Sebagian dari mereka adalah yang ingin menyusup ke Eropa melalui Libya. Eks tentara Anshar al-Shari’ah yang kalah dalam pertempuran melawan ISIS pun akhirnya menjadi tentara ISIS.

Beginilah Libya pasca kejatuhan Muammar Khadafi terpecah menjadi tiga kelompok besar. Kelompok Rekonsiliasi Nasional yang diback-up tentara yang telah ada pada zaman Khadafi, Kelompok Islam yang didominasi ISIS dan Alqaidah, dan kelompok vandalis yaitu para berandal yang ikut mengail di air keruh yang memegang senjata. Mereka terlibat dalam aksi human trafficking yang pada akhirnya berhenti setelah negosiasi pemerintah.

Pada akhirnya, Arab Spring menorehkan sejarah kelam dalam perjalanan Libya. Sang pemimpin revolusi yang sukses menggulingkan sistem monarki Libya pada pertengahan 1969, Muammar Khadafi, berakhir tewas mengenaskan. Sang pendiri republik Libya yang mengawali kepemimpinan di usia yang teramat muda, 27 tahun, akhirnya harus meregang nyawa di tangan anak muda pula. Sungguh mengenaskan, Ya lahwi..
________________________
*Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya, PW LTNNU Jatim.

COMMENTS

Name

Arsip,24,artikel,200,Buku,5,Fiksi,4,kajian perempuan,4,kitab,16,lombakisah,14,manuskrip,12,peristiwa,129,prestasi,12,rehat,39,resensi,13,testimoni,47,tokoh,108,
ltr
item
Halaqoh: Refleksi Arab Spring: Libya Nasibmu Kini
Refleksi Arab Spring: Libya Nasibmu Kini
https://2.bp.blogspot.com/-hwwNpHtnny0/XDfh9g96JcI/AAAAAAAAQHc/pakM9hfTu9krtM7MD1FzHlqY_MUgfCdJQCLcBGAs/s640/wp-1512922691049.png
https://2.bp.blogspot.com/-hwwNpHtnny0/XDfh9g96JcI/AAAAAAAAQHc/pakM9hfTu9krtM7MD1FzHlqY_MUgfCdJQCLcBGAs/s72-c/wp-1512922691049.png
Halaqoh
https://www.halaqoh.net/2019/01/refleksi-arab-spring-libya-nasibmu-kini.html
https://www.halaqoh.net/
https://www.halaqoh.net/
https://www.halaqoh.net/2019/01/refleksi-arab-spring-libya-nasibmu-kini.html
true
2194765370271214888
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy