Oleh : Ummu Malihatur Roihana* Banyak orang sering menganggap dirinya sendiri telah menjadi bagian dari orang yang baik dan benar, atau...
Oleh : Ummu Malihatur Roihana*
Banyak orang sering menganggap dirinya sendiri telah menjadi bagian dari orang yang baik dan benar, atau jika tidak demikian, biasanya ia sering menganggap dirinya lebih baik dan lebih benar, atau paling tidak, seringkali ia tidak mau dianggap sebagai orang yang salah atau jelek. Ketiga anggapan tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda.
Dalam suasana hiruk pikuk lebaran ini marilah sejenak kita ingat hadis Nabi SAW berikut "al-muhsinu man ahsana ila man asa-a" yang artinya seorang yang ihsan adalah orang yang berbuat baik terhadap orang yang berbuat buruk padanya (maksud hadis kurang lebih demikian).
Sebagaimana kita ketahui bahwa komponen ketauhidan itu terdiri dari tiga hal, yakni iman, islam, dan ihsan. Iman tanpa islam dan ihsan belumlah sempurna. Islam tanpa iman dan ihsan juga demikian. Begitu pula ihsan tanpa iman dan islam bagai debu belaka. Itu artinya, ketiga hal tersebut sangat berkaitan erat dan important!.
Jikalau selama sebulan penuh kita telah berpuasa di siang hari, sholat tarawih di malam hari, bersedekah setiap hari, membaca al-qur'an setiap saat (yang tentunya dengan disertai iman dan islam), maka kita patut mengucapkan syukur Alhamdulillah. Namun, jangan dikira jikalau kita telah beribadah sedemikian rupa akan tetapi tindak laku kita masih buas dan biadab terhadap orang lain akan bisa dengan mudah dekat dan dicintai Allah.
Dalam keseharian bermuasyarah (bergaul bermasyarakat), kita masih sering menggunjing, kita masih sering mencela, bahkan memfitnah dan menyakiti orang lain melalui aqwal maupun af'al. Jika demikian, mana mungkin kita akan menjadi hamba yang tercinta.
Firman Allah "innalloha yuhibbul muhsinin" (sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik) perlu dipahami, bahwasanya seseorang masih belum tergolong al-muhsiinun tatkala berbuat baik hanya ditujukan kepada orang-orang yang juga berbuat baik kepada kita saja.
Berpijak dari hadis kanjeng Nabi di atas, al-muhsinu man ahsana ila man asa-a, maka kita perlu memperbaiki diri, merubah mindset supaya kita juga berbuat baik terhadap orang-orang yang berbuat buruk terhadap kita.
Marilah kita berlaku adil tatkala hanya terbiasa bersilaturahim, ngelenceri, mendatangi orang-orang yang silaturahim ke rumah kita. Maka seyogyanya juga membiasakan ngeriyayani mereka-mereka yang belum berkenan silaturahim dan mendatangi rumah kita.
Harapannya supaya suatu saat nanti mereka berkenan mendatangi dan berkunjung ke rumah kita. Terlepas dari ukuran relativitas personal mengenai baik dan buruknya sesuatu apapun, kita harus terus berlaku baik terhadap orang yang tidak berlaku baik kepada kita. Lebih-lebih terhadap orang yang berlaku baik kepada kita.
Walhasil, di hari yang fitri ini marilah kita memperbaiki dan terus mengintrospeksi diri supaya menjadi pribadi yang Beriman, Islam dan Ihsan, sehingga mendapatkan cinta kasih Allah. Kami mengucapkan Selamat Hari Raya idul Fitri Mubarak 1439 H. Nyuwun agungipun pangapunten.
________________
*Santri Al-Hikmah Purwoasri, Mahasiswi STAIBA Kediri.
COMMENTS