Surabaya- Di tengah maraknya kajian kitab di bulan suci ini, ternyata ada forum menarik yang mengkaji tentang problem kekinian, khususny...
Surabaya- Di tengah maraknya kajian kitab di bulan suci ini, ternyata ada forum menarik yang mengkaji tentang problem kekinian, khususnya tentang isu Radikalisme-Terorisme.
Forum yang dikenal "Cangkir 9" --yang diinisiasi LTNNU Jatim-- ini adalah forum paseduluran bareng antar lembaga dan banom NU yang tujuannya duduk bareng "rembukan" lintas wacana. Bahkan terbuka untuk umum, siapapun boleh menghadirinya.
Tema terhangat yang dimoderatori oleh Sururi Arumbani adalah Proklamasi Kemerdekaan RI versi penanggalan Hijriah. Tepatnya tanggal 9 Ramadhan 1364, Republik Indonesia telah Merdeka. Pertanyaannya, sampai dimanakah kemerdekaan itu? Padahal sel-sel terorisme yang mengancam kemerdekaan RI mulai berani memunculkan batang hidungnya.
Hakim Jayli menuturkan: "Dalam menanggulangi dan melawan radikalisme-terorisme harus ada kerjasama yang solid antar lini, harus wani (berani) bareng-bareng, bukan hanya NU saja, maupun Muhammadiyah saja. Akan tetapi seluruh elemen bangsa ikut andil menjaga persatuan perdamaian negeri ini. Sebab Indonesia adalah rumah kita bersama!".
Acara gayeng ini dihadiri oleh tim Hadrah Mahasiswa ITS dan juga para tokoh, diantaranya ada Hakim Jayli (TV9), Ahmad Najib AR (PW LTNNU Jatim), Riadi Ngasiran (Aula), Nonot Sukrasmono (PW Lesbumi Jatim), Achmad Nur Aminuddin (LP. Ma'arif), Chafid Wahyudi (Kobar), Ahmad Miftahul Haq (Matan), Abdulloh Hamid (RMI),Wasid Mansyur (Penulis Tasawuf Nusantara), Ilham Muarri (LPBHNU), Halimurrasyid (Dosen Ilmu Politik), Djazuli (Ansor), yang kesemuanya menyempatkan waktu di tengah kesibukannya masing-masing.
"Acara ini merupakan upaya belajar untuk ngerumat jamiyyah (organisasi), bukan untuk one man show atau unjuk gigi demi popularitas pribadi. Saya kira semua tokoh di atas sudah dikenal publik sepak terjangnya secara personal. Akan tetapi dalam wujud "ngumpul" seperti ini yang sulit terlaksana." Ujar Ifdlolul Maghfur salah satu Dosen Yudarta, Pasuruan.
Berdasarkan rangkaian Narasumber sebagai pemantik diskusi, disampaikan sembilan poin diskusi Cangkir sebagai berikut:
1. Proklamasi merupakan momentum penegasan diri sebagai bangsa yang merdeka. Karenanya, kemerdekaan harus dipertahankan;
2. Proklamasi adalah titik akhir dari proses perjuangan para pendiri bangsa dalam melawan imprialisme dengan mengorbankan nyawa dan harta dalam bingkai semangat sama dan bersatu dalam perbedaan;
3. Dengan merdeka, kita bisa menentukan arah ideologi bangsa secara independen. Dan bisa hidup dengan bebas, tanpa tekanan penjajah. Terlebih bisa beribadah, tanpa ada perasaan takut;
4. Dengan begitu, maka semangat persatuan ini harus dijaga sampai kapanpun sebab penjajahan sampai kapanpun pasti ada, sekalipun dengan pola yang berbeda;
5. Salah satunya, penjajahan ideologis yang bertentangan dengan nilai luhur Pancasila dan UUD 1945 harus dilawan dengan jitu dan dengan keberanian. Mengapa?
6. Penjajahan model baru akan merusak sendi-sendi nilai luhur yang telah diwariskan oleh para pendiri bangsa, yang selalu mempertimbangkan gerak pikir kehidupan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika;
7. Radikalisme Terorisme, misalnya, harus kita lawan baik fisik maupun wacana. Pasalnya, ia hadir sebagai musuh laten yang setiap saat datang, tanpa diundang sebab ideologinya telah dipasarkan secara bebas baik dalam ruang sosial, maupun medsos;
8. Counter narasi melawan radikalisme-terorisme adalah tugas suci dan mulia, bahkan bagian dari jihad. Karenanya, NU, Muhammadiyah dan elemen lain yang se-visi harus berada digarda terdepan bersama rakyat indonesia, demi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara;
9. Hanya dengam bersatu, kelak secara perlahan kita bebas dan merdeka dari radikalisme-terorisme. Pastinya, dengan semangat yang telah dicontohkan oleh para pendiri bangsa, yakni berjibaku dengan jiwa dan harta. Lawan dan sadarkan, atau kita akan hangus.
______________________
9 Poin ini ditulis oleh Wasid Mansyur di Surabaya, 9 Ramadhan 1439 H/
25 Mei 2018 M.
COMMENTS