Sumenep- Minggu, 24 September 2017 Forum Komunikasi Tafsir Hadis (FKMTH) Jatim punya hajat besar. Acara yang diselenggarakan bersama LA...
Sumenep- Minggu, 24 September 2017 Forum Komunikasi Tafsir Hadis (FKMTH) Jatim punya hajat besar. Acara yang diselenggarakan bersama LAKPESDAM NU Sumenep ini berjudul "Islamic Festival". Acara tersebut dibuka dengan opening ceremony dan seminar nasional bertema "aktualisasi nilai -nilai al-qur'an dan hadis dalam bingkai keindonesiaan" yang dihadiri oleh Prof. Nasarudin Umar.
Mantan Wakil Menteri Agama ini mengisyaratkan melalui sejarah proses turunnya wahyu pertama kali kepada Nabi Muhammad. tatkala Nabi Muhammad SAW berada di gua Hira bersama Malaikat Jibril, beliau diutus untuk membaca dan menirukan kata-kata malaikat Jibril. Redaksi pertama adalah iqra' (bacalah), begitulah perintah malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, namun Nabi Muhammad justru menimpali perintah malaikat Jibril dengan jawaban "maa ana biqaari'in( aku bukanlah orang yang dapat membaca)", begitulah peristiwa tersebut terjadi hingga genap tiga kali berturut-turut.
Dalam peristiwa tersebut, Prof Dr. Nasarudin Umar menuturkan makna masing-masing kata iqra' tersebut adalah: iqra' yang pertama berupa pemahaman makna secara intelektual, iqra' kedua berupa penghayatan dan penjiwaan makna alquran dan iqra' ketiga berupa pengendalian emosional. sebagai umat islam kita harus berusaha mempelajari, memahami serta mengamalkan isi al-qur'an untuk menjadi insan yang kamil.
Imam besar Masjid Istiqlal ini juga berpesan bahwa seorang mufassir haruslah mampu membaca konteks, selain membaca teks alquran. Rektor Institut Perguruan Tinggi Alquran ini menyayangkan beberapa peristiwa yang terjadi belakangan ini, terkait penafsiran yang digunakan untuk kepentingan politik. Akibatnya banyak orang memandang sebelah mata para cendekiawan muslim dan para mufassir. Bahkan sebagian masyarakat kurang lagi percaya akan penafsiran pakar tafsir. Kalau demikian adanya, mau jadi apa islam dan generasi islam di masa yang akan datang.
Oleh karena itulah, melalui forum semacam FKMTH JATIM seperti ini diharapkan mampu membendung segala bentuk penyimpangan penafsiran serta turut mempersiapkan generasi yang kompeten dalam bidang tafsir dan hadis.
Sumber berita: Ummu Malihatur Roihana
COMMENTS