Oleh: Syaifullah Ibnu Nawawi Sengkarut korupsi di negeri ini sudah demikian parah dan menggurita. Bahkan untuk mengurainya saja butuh pe...
Oleh: Syaifullah Ibnu Nawawi
Sengkarut korupsi di negeri ini sudah demikian parah dan menggurita. Bahkan untuk mengurainya saja butuh perjalanan panjang dan bisa jadi tidak akan ditemukan solusi, apalagi untuk jangka pendek.
Kasus di Pamekasan adalah “hanya” contoh bahwa kejadian serupa akan segera diungkap. Tentu dengan modus dan cara berbeda. Tinggal mana yang lebih lihai, sang koruptor atau penegak hukum.
Berikut pandangan pengacara dan praktisi hukum, Dr Anwar Rahman.
Memang kasus jaksa yang ditangkap KPK di Pamekasan sungguh memprihatinkan. Ada koruptor ditangkap Jaksa, lalu koruptor tersebut diperas oleh Jaksa yang menangkap.
Sukurlah karena jaksa yang memeras koruptor ditangkap KPK. Akan tetapi jangan bahagia dulu lantaran lembaga KPK yang menangkap para pencuri uang rakyat tersebut dalam waktu dekat akan dibubarkan oleh DPR.
Kita tahu, bagaimana cara wakil rakyat kita duduk di Senayan? Supaya dapat terpilih menjadi wakil rakyat yang terhormat, mereka ternyata dipalaki masyarakat. Masyarakat minta duit duluan, khawatir kalau sudah jadi anggota DPR tidak mau lagi memberikan duit, apalagi memikirkan aspirasi. Dan demikian seterusnya.
Sebenarnya yang melakukan korupsi dan praktik memberikan dan menerima suap adalah kita. Ya, begitulah peliknya masalah bangsa ini, siapapun penyelenggara atau pemimpin bangsa ini tidak akan dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan cepat. Perlu waktu yang cukup untuk mengubah mental bangsa kita.
Mau memberantas korupsi? Mari dimulai dari diri sendiri, keluarga, tak perlu menyalahkan sana-sini, termasuk pemerintah dan aparat, hingga DPR. Boleh juga sih bersikap kritis, karena hal tersebut tidak dilarang.
_________________
Sengkarut korupsi di negeri ini sudah demikian parah dan menggurita. Bahkan untuk mengurainya saja butuh perjalanan panjang dan bisa jadi tidak akan ditemukan solusi, apalagi untuk jangka pendek.
Kasus di Pamekasan adalah “hanya” contoh bahwa kejadian serupa akan segera diungkap. Tentu dengan modus dan cara berbeda. Tinggal mana yang lebih lihai, sang koruptor atau penegak hukum.
Berikut pandangan pengacara dan praktisi hukum, Dr Anwar Rahman.
Memang kasus jaksa yang ditangkap KPK di Pamekasan sungguh memprihatinkan. Ada koruptor ditangkap Jaksa, lalu koruptor tersebut diperas oleh Jaksa yang menangkap.
Sukurlah karena jaksa yang memeras koruptor ditangkap KPK. Akan tetapi jangan bahagia dulu lantaran lembaga KPK yang menangkap para pencuri uang rakyat tersebut dalam waktu dekat akan dibubarkan oleh DPR.
Kita tahu, bagaimana cara wakil rakyat kita duduk di Senayan? Supaya dapat terpilih menjadi wakil rakyat yang terhormat, mereka ternyata dipalaki masyarakat. Masyarakat minta duit duluan, khawatir kalau sudah jadi anggota DPR tidak mau lagi memberikan duit, apalagi memikirkan aspirasi. Dan demikian seterusnya.
Sebenarnya yang melakukan korupsi dan praktik memberikan dan menerima suap adalah kita. Ya, begitulah peliknya masalah bangsa ini, siapapun penyelenggara atau pemimpin bangsa ini tidak akan dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan cepat. Perlu waktu yang cukup untuk mengubah mental bangsa kita.
Mau memberantas korupsi? Mari dimulai dari diri sendiri, keluarga, tak perlu menyalahkan sana-sini, termasuk pemerintah dan aparat, hingga DPR. Boleh juga sih bersikap kritis, karena hal tersebut tidak dilarang.
_________________
Syaifullah Ibnu Nawawi (Wakil PW LTNNU Jatim)
COMMENTS