Oleh: Ahmad Karomi Membicarakan Mbah Wahab Hasbullah sama dengan kita menyelami samudera yang luas tiada bertepi, beliau multitalent...
Oleh: Ahmad Karomi
Membicarakan Mbah Wahab Hasbullah sama dengan kita menyelami samudera yang luas tiada bertepi, beliau multitalenta, menguasai berbagai bidang keilmuan. Mbah Wahab atau KH Wahab Hasbullah adalah sosok santri kelana sejati, salah satu dari Trio Pendiri NU dari Jombang. Mbah Wahab Hasbullah lahir tahun 1888, hidupnya sangat sibuk sejak berusia 25 tahun hingga menjelang hari wafatnya dalam usia sekitar 88 tahun.
KH Wahab memiliki pergaulan yang sangat luas sekaligus luwes, dengan bentuk tubuh langsing tetapi bersikap gagah, tangkas, dan lincah. Siapapun yang bergaul dengan Mbah Wahab akan merasa senang sebab Mbah Wahab memiliki pandangan bahwa semua orang adalah sama, saling memerlukan satu sama lain, sehingga orang yang dekat dengannya tidak merasa jenuh mendengar uraian kata-katanya.
Ada kisah menarik yang tertulis dalam buku "5 Rais Am Nahdlatul Ulama", yakni beliau tidak mengenal kata lelah, hidupnya di jariyahkan untuk pesantren, bangsa dan negara. Suatu hari KH Saifuddin Zuhri mengikuti perjalanan Mbah Wahab dari Jakarta ke Jawa Timur, Dari kesibukannya menghadapi pergolakan politik yang masih diselimuti awan hitam, Mbah Wahab mengajak KH Saifuddin Zuhri mengunjungi Jawa Timur, karena beberapa hari meninggalkan pesantrennya di Tambakberas, Mbah Wahab mengajak KH Saifuddin Zuhri singgah sebentar ke Tambakberas untukk menjenguk keluarganya, jam sepuluh malam mereka berdua tiba di Tambakberas. KH Saifuddin Zuhri yang usianya masih muda tak dapat menahan letihnya, akan tetapi kondisi fisik Mbah Wahab malah sebaliknya, diusia yang bisa dibilang mulai sepuh tetap energik. Begitu masuk ndalem, Mbah Wahab menjumpai keluarga dan menyerahkan sedikit oleh-oleh dari Jakarta sambil menyerahkan sejumlah uang belanja rumah tangga, Nah, yang membuat KH Saifuddin Zuhri berdecak kagum adalah Mbah Wahab masih menyempatkan membenarkan lampu petromak yang nyalanya agak kurang beres, setelah petromak nyala dengan baik, Mbah Wahab mempersilahkan KH Saifuddin Zuhri untuk mandi, ganti pakaian, sembahyang, makan bersama. Setelah makan bersama, Mbah Wahab menatakan kamar tidur tamu untuk KH Saifuddin Zuhri sambil mempersilahkan tidur.
Sebelum KH Saifuddin Zuhri beranjak tidur, mengharap agar Mbah Wahab juga istirahat mengingat esok paginya masih melanjutkan perjalanan. Akan tetapi, apa dikata ternyata Mbah Wahab mengadakan pertemuan sekaligus briefing kepada sesepuh pondok tentang situasi dan perkembangan politik di Jakarta. KH. Saifuddin Zuhri akhirnya tak bisa istirahat pula, karena tertarik pertemuan itu yang memakan waktu dua jam.
Mbah wahab “pirso” kalau KH Saifuddin Zuhri belum tidur terlihat ngantuk, akhirnya Mbah Wahab bersenandung kecil yang dikutip dari syair burdah sambil mengambil palu, catut dan paku untuk memperbaiki jendela yang rusak. Beberapa menit kemudian terdengar adzan dari masjid yang Cuma beberapa meter dari ndalem. Dengan nada humor Mbah Wahab berseru sambil membereskan alat-alat tukang kepada KH Saifuddin Zuhri:” Saifuddin, sholat subuh tidak bisa dijamak ta’khir lho”. Sebuah ajakan halus agar KH. Saifuddin Zuhri bangun dari tempat tidur untuk bergegas sholat bersama Mbah Wahab.
Seusai sholat subuh KH Saifuddin Zuhri melepaskan rasa lelahnya untuk tidur sekitar ssetengah jam, begitu bangun telah tersedia secangkir kopi dan kue, akan tetapi Mbah Wahab tidak kelihatan entah dimana. Ternyata Mbah Wahab mengajar santri di serambi Masjid. KH. Saifuddin Zuhri terkejut dan bertanya dalam hati, kapan beliau istirahat?, setelah Mbah Wahab usai mengajar, KH Safuddin bertanya” Kyai, Anda tidak tidur?”, Mbah Wahab menjawab dengan enteng “Ya tidur, kira-kira setengah jam, memangnya saya Malaikat?!”. Rupanya seusai Sholat Subuh Mbah Wahab tidur setengah jam di Mihrab Masjid sambil menanti waktu mengajar santri. Dalam benak KH Saifuddin Zuhri kagum bukan main “Luarr biasa Mbah Wahab ini, tak kenal lelah”.
Kisah diatas, keteladanan yang bisa diambil dari
sosok Mbah Wahab adalah disiplin waktu, tidak gengsi untuk melakukan pekerjaan
rumah tangga (tanpa menyuruh khodam), dan menghormati tamu. Ada banyak keahlian
seorang Mbah Wahab yang disaksikan para tokoh terdahulu, dan sekarang masih
terbukti. Segala bidang beliau kuasai dengan baik. Beliaulah pencipta lagu Ahlul Wathon, Negarawan sejati, Pemimpin rumah tangga yang bertanggung jawab, dan
penggerak (muharrik) pejuang sekaligus pengkader pemuda NU sepanjang masa, baik berupa ucapan lisan maupun melalui tulisan, dawuh-dawuhnya tetap relevan hingga masa kini.
________________________
Ahmad Karomi. PW LTNNU Jatim
COMMENTS