Oleh: Erlandus Luqman Mahenan (Alumni Al-Falah Ploso Mojo Kediri Asal Pasuruan) Dari pelbagai dimensi keagamaan, politik dan budaya di...
Oleh: Erlandus Luqman Mahenan (Alumni Al-Falah Ploso Mojo Kediri Asal Pasuruan)
Dari pelbagai dimensi keagamaan, politik dan budaya di era milenial ini kian tumbuh subur dengan masifnya peran gadget untuk berselancar di dunia maya. Peran yang biasanya berlaku di dunia nyata, dengan menimbang praktisnya, bergeser pada media sosial. Perubahan perilaku dari masyarakat ini menjadi sebuah tantangan baru bagi para santri.
Salah satu upaya menjawab tantangan itu adalah dengan menumbuhkan kesadaran santri akan pentingnya pemahaman perubahan perilaku ini dan meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan metode dakwah keagamaan sehingga mereka bisa berperan lebih signifikan di era cyber ini. Media sosial semestinya menjadi garapan serius sebaga ranah dakwah ala ASWAJA An Nahdliyyah. Terlebih kini kerap bermunculan ustadz-ustad yang tidak jelas sanad keilmuannya yang terkadang menyudutkan amaliyah kita.
Blawong adalah julukan dari Sang Guru Al Maghfurlah KH. Zainuddin Mojosari Nganjuk utk santri handal bernama Mas'ud yang kelak lebih dikenal sebagai KH.Achmad Djazuli Ustman, pendiri Pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri. Blawong merupakan sebutan bagi seekor burung perkutut yg indah bentuknya, merdu suaranya dan sangat bernilai. Alumni dari pesantren Al-Falah, sebagai generasi dari Sang Blawong yang tergabung dalam Forum komunikasi Putra Delta (FKPD) Al Falah pada Ahad (13/08) bertempat di Al-Falah Siwalanpanji Buduran menggagas sebuah kegiatan bertajuk Ngaji Medsos: Metode Dakwah Santri di Era Cyber, sebuah kegiatan yang bertujuan agar santri memahami dan mampu memanfaatkan media social sebagai media dakwah.
Jagad Media sosial sudah tidak asing lagi dengan sosok pendekar Aswaja KH. Ma'ruf Khozin sebagai salah satu alumni Ploso yang sangat aktif berdakwah di media social, teman-teman FKPD menjulukinya sebagai ustad selebritis. Peran beliau sangat luar biasa dalam berdakwah membentengi Aswaja dari aspek i'tiqadiyah dan amaliyah yang sudah mengakar sebagai tradisi keagamaan di kalangan nahdliyyiin. Meski tidak mengecilkan peran alumni Ploso dan pesantren lainnya yang sudah bertebaran berdakwah di media social, namun dari kegiatan Ngaji Medsos ini diharapkan muncul KH. Ma'ruf Khozin lain, dari pesantren manapun, yang mampu memberikan manfaat dan mashlahat keilmuannya di media sosial.
Sudah semestinya ilmu dan pengetahuan para santri dipesantrennya masing-masing bisa dirasakan kemanfaatannya oleh masyarakat, bukan hanya dalam kehidupan sehari-hari namun juga di dunia maya. Sehingga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan, bahkan keilmuan, yang benar, tidak menyimpang dan maslahat bagi setiap sendi kehidupan.
Kita harus menyadari bahwa dalam era digital, peran jemari dalam mengungkap isi hati dan pikiran begitu menyita lisan.
كم من أصابع تنزل منزلة الكلام
Karena itulah santri di era ini harus melengkapi diri dengan kemampuan bermedia social yang mumpuni dan dipertanggung jawabkan. Terutama terkait kemampuan menjawab maupun menanggapi problematika umat kekinian. Santri butuh mempertajam skill dalam menuangkan celotehan jari untuk menebar kebaikan sehingga mereka mampu menjadi tutor, mediator dan fasilitator yang mumpuni dan bijak bagi masyarakat yang memiliki ketergantungan yang tinggi akan media sosial. Santri harus mampu menjadi penjaga moralitas dan keilmuan dalam dunia dimana pengetahuan begitu mudah diakses dan ilmu agama dicukupkan dari broadcast dan tulisan web yang tidak jelas jeluntrungnya.
Semoga dengan apa yang telah dimulai oleh FKPD, gelaran Ngaji Medsos dapat berkelanjutan, baik oleh Alumni Ploso khususnya dan pesantren ASWAJA An Nahdliyah pada umumnya.
COMMENTS