Oleh: KH. D. Zawawi Imron Kalau engkau membaca novel seperti itu kelihatannya asyik sekali," kata Mokdul kepada keponakannya. ...
Oleh: KH. D. Zawawi Imron
Kalau engkau membaca novel seperti itu kelihatannya asyik sekali," kata Mokdul kepada keponakannya.
"Ya.. memang ini hobi saya yang utama, Paman."
"Mampu berapa halaman setiap hari kamu membaca buku semacam itu?"
"Rata-rata seratus halaman."
"Kalu koran itu berapa halaman?"
"Enam belas halaman, tapi luas halamannya delapan kali halaman buku novel seperti ini."
"Kalau Alquran atau kitab tafsir engkau membiasakan membaca berapa halaman setiap hari?"
"Belum tentu berapa halaman, kadang-kadang setiap minggu kalau ditotal sekitar sepuluh halaman."
"Bagaimana bisa terjadi seperti itu?"
"Maksud Paman?"
"Kalau novel atau surat kabar setiap hari kau membaca berpuluh-puluh halaman, sedangkan Alquran kau hanya membaca satu seperempat halaman."
"Baca novel dan surat kabar itu kan penting."
"Ya, itu juga penting, tapi jangan sampai meninggalkan baca Alquran."
"Baca Alquran itu kan tidak wajib, Paman. Bahkan baca Alquran dalam sholat pun hanya sunnah. Tidak apa-apa toh kalau saya tidak baca?"
"Itu dikarenakan kau telah terperangkap oleh pemikiran wajib dan sunnah. Kau terjebak pemikiran fiqhiyyah. Membaca Alquran bukan soal wajib dan sunnah. Baca Alquran itu sebagai tanda cinta kepada Allah. Siapa yang ingin berbicara dengan Allah, hendaklah membaca Alquran. Bagaimana engkau bisa beramah-tamah dengan Allah di akhirat kelak ketika hidup di dunia tak sering berdialog dengan-Nya?"(@mi)
Judul asli Koran Mengalahkan Alquran
Sumber buku: Soto Sufi dari Madura
_________________________________
KH. D. Zawawi Imron (Penyair dan Budayawan)
COMMENTS