Oleh: KH. Muhammad Zuhri Di hari ketiga, guru menunjuk seorang murid yang paling lemah hafalannya untuk menceritakan pengalamannya. A...
Oleh: KH. Muhammad Zuhri
Di hari ketiga, guru menunjuk seorang murid yang paling lemah hafalannya untuk menceritakan pengalamannya.
Agak malu-malu murid tersebut berdiri di depan kawan-kawannya dan bercerita:
"Maafkan saya, guru, kalau selama bulan suci ini saya belum menemukan sedikitpun masalah dengan lingkungan saya. Hanya ketika pada rakaat terakhir dari shalat witir saya di bulan itu, tepatnya pada waktu sedang melafalkan ayat "iyyaka na'budu", seekor nyamuk menggigit pipi sebelah kanan saya. Panas dan gatal rasanya, sehingga saya tak tahan membiarkannya begitu saja.
"Tetapi ketika hati saya bermaksud mengusir nyamuk tersebut, tangan saya tak mampu bergeming dari tempatnya, samar-samar terbersit rasa khawatir dari dalam, jangan-jangan menyerahkan setetes darah buat makhluk lemah (nyamuk) pada saat itu merupakan kesempatan terakhir dalam hidup saya untuk melakukan sesuatu (kebaikan)".
Sang guru menggelengkan kepala dengan takjub, kemudian mengucapkan "subhanallah" lalu berkata:
"Itulah nyamuk makrifat yang datang untuk berkenalan denganmu".
___________________________
Sumber: Langit-langit Desa
Sekarjalak, 17-4-1992
KH. Muhammad Zuhri.
COMMENTS