Oleh: Ahmad Karomi Seorang Kyai sufi yang acapkali diundang dalam berbagai kegiatan itu sulit untuk di”aturi” dawuh mauidzoh hasanah,...
Seorang Kyai sufi yang acapkali diundang dalam berbagai
kegiatan itu sulit untuk di”aturi” dawuh mauidzoh hasanah, meskipun bersusah
payah merayunya tak kunjung meluluhkan hatinya.
“Yi, Panjenengan kulo aturi dawuh mauidzoh hasanah (Kyai,
anda saya minta untuk mauidzoh hasanah)” ucap Gus Mad salah satu dari Gawagis yang dekat
dengan Kyai Sufi itu.
“Mboten, Gus! Kulo mboten saget” tolak Kyai dengan halus
“Mangke dawuh mauidzoh hasanah niku dados manfaati lan
migunani dateng masyarakat lho, Yi. (Nanti mauidzoh hasanah itu jadi bermanfaat
dan berguna untuk masyarakat lho, Kyai)” Rayu Gus Mad dengan menuturkan tujuan
mauidzoh tersebut.
Kyai itu pun tersenyum dan berkata: “Nopo manfaati lan
migunani niku kedah dawuh mauidzoh hasanah? (apakah bermanfaat dan berguna itu
haruslah mauidzoh hasanah?)”`
“Lha Inggih to, Yi. Katah tiyang ingkang gumregah njungkung
ibadah kranten dawuh mauidzoh hasanah saking poro sesepuh kados panjenengan
(Iya, Kyai. Banyak orang yang semangat beribadah karena mauidzoh hasanah dari
para sesepuh seperti anda)”. Jawab Gus Mad.
Sejenak Kyai Sufi ini berdiri lalu mengambil sapu dan
meletakkan di dekat Gus Mad, lalu berkata:
“Sapu niki mungguh sampean pripun Gus? Damel nopo?” (sapu
ini menurut sampean gimana Gus? Untuk apa?)”
“Niku sapu damel nyapu reget (itu sapu untuk menyapu
kotoran)” jawab Gus Mad Singkat`
“Nopo saget mauidzoh hasanah? (apakah bisa mauidzoh
hasanah?) Tanya Kyai Sufi pada Gus Mad yang kebingungan.
“Mboten saget, Yi. Niku sapu sanes Menungso” jawab Gus Mad.
Kyai Sufi itu berdehem sebentar, lalu dawuh: “ Sampean
mestine kudu faham, Gus! Bilih Mauidzoh hasanah niku isok dijupuk teko barang
sing ora duwe nyowo ananging nyuntuhi tugas lan fungsi masing-masing (sampean
semestinya faham, Gus! Bila mauidzoh hasanah itu bisa diambil dari sesuatu yang
tidak bernyawa namun memiliki tamtsil (contoh) akan tugas dan fungsi
masing-masing)”
“sampean imut maqolah lisanul hal afshohu min lisanil
maqaal?” (sampean ingat maqolah “perbuatan lebih mengena daripada perkataan?)
Tanya Kyai Sufi untuk kesekian kali.
“Inggih, Yi” jawab Gus Mad tertunduk.
“Kulo pingine kados sapu niki, mboten sir ndalil-ndalil
mauidzoh cekap ngelampahi tugas ngresiki kelawan kelakuan mawon (Saya ingin
seperti sapu ini, tidak perlu berdalil mauidzoh, cukup melaksanakan tugas
dengan perbuatan saja)” Tandas Kyai Sufi.
“Kedah dipun imut, Gus! Kesaenan niku ingkang prayugi medal
saking penggalih piyambak, kito sagete nyuntuhi kelawan tindak laku mawon,
mboten saget mekso kaliyan dalil (Harus diingat, Gus! Kebaikan itu sangatlah
baik bila muncul dari lubuk hatinya sendiri, kita hanya bisa mencontohi dengan
perbuatan, bukan dengan paksaan dalil).
-Kalipucung, Blitar, 07-05-2017-
-Kalipucung, Blitar, 07-05-2017-
_________________
Ahmad Karomi
Alumni Al-Falah Ploso Kediri
Alumni Al-Falah Ploso Kediri
COMMENTS