Oleh: Ahmad Karomi (PW LTNNU Jatim) Dewasa ini marak bermunculan "mendadak jurnalis"spesialis media sosial atau medsos, y...
Oleh: Ahmad Karomi (PW LTNNU Jatim)
Dewasa ini marak bermunculan "mendadak
jurnalis"spesialis media sosial atau medsos, yang parahnya lagi tidak
mengerti akan etika dalam peliputan berita. Permasalahan ini muncul diantaranya
adalah kurangnya edukasi (mendidik) etika bermedsos yang tepat, dan menganggap
dunia maya hanya iseng belaka, meskipun ada beberapa person yang serius di
belantara maya ini. Banyak sudah yang menjadi "tumbal" derasnya
informasi di era globalisasi ini. Ditambah persyaratan menjadi jurnalis medsos
sangat mudah, cukup berbekal paket data dan smartphone bisa ditahbiskan sebagai
jurnalis. Lantas bagaimanakah etika yang tepat?
Sebenarnya, etika bermedsos sudah pernah disinggung
oleh KH MUsthofa Bisri atau Gus Mus ketika ada hatespeech yang dialamatkan
kepadanya. Di antaranya: 1) Menata kembali niat ketika bermedsos. 2)
Berhati-hati dan waspada beraktifitas di dunia maya yang -kita tahu- penuh
rayuan, tipuan, disamping juga ada kemanfaatan dan kebenaran.3). Jangan mudah
tergiur dengan tampilan-tampilan menarik, biasakan tabayun dan meneliti
rekam-jejak.
Poin kedua dan ketiga ini menurut saya pribadi bisa
dengan menggunakan cara seperti takhrij
hadis, semisal rawi (pembawa berita), matan hadis (konten), syuruhul hadis
(penjelasan). Nah ketiga hal ini masih perlu dibelah lagi dari pembawa berita
apakah tsiqah, dlabit ataukah tidak? Ketika dia menyebarkan informasi suasana
saat itu apa? Sebab atau faktor apa?
Sedangkan matan hadis bisa dianalogkan info yg
beredar, kontennya apakah kadzb (hoax) ataukah sidiq (benar)? Ini haruslah
ditelisik ulang. Sebab alkhabar kal ghubar (kabar bagaikan debu). Tidak serta
merta copy paste atau copas dan share tanpa dibaca dengan teliti.
Maka untuk mengurai sejumlah pertanyaan yang
berkecamuk dan penasaran ini, perlu adanya syuruhul hadis (penjelasan informasi)
yang bisa dilakukan beberapa pendekatan, di antaranya:
1. Mengkomparasikan informasi yang berkembang dengan
beberapa informasi yang lain,
2. Budayakan tabayun atau klarifikasi,
3. Kopdar (kopi darat) atau berjumpa langsung dengan yang
bersangkutan,
4. Tetap menjaga etika dalam berkomunikasi, meskipun
tidak sepaham.
5. Jangan tergesa-gesa membaca dan membagikan
bacaan, sebelum difahami secara tuntas.
6. Dalam hal apapun, selalu berpegang teguh dan ingat
sabda Rasulullah SAW: “Innamal a’mãlu
binniyãt… bahwa segala sesuatu sangat bergantung kepada niat, demikian pula min husni islamil mar-i tarkuhu mã lã ya’ni,
bahwa termasuk bagusnya kadar keislaman seseorang bila meninggalkan hal yang tidak
perlu”.
Kandungan hadits di atas jika dikupas adalah
kesadaran untuk niat bersama dalam menjaga merawat keutuhan saudara setanah air
ini, serta tinggalkan hal yang tidak ada nilai positif atau bermanfaat.
Fenomena runtuhnya prinsip atau keyakinan disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat akan
pentingnya peran media. Semisal kisah dari Gus Yusuf Khudori tentang penjual
kambing yang akhirnya kandas prinsip dan keyakinannya bahwa kambing miliknya diserbu
oleh awak media yang terorganisir bahwa kambing itu adalah babi. Baik dan buruk
terletak pada media. Ibarat di zaman jahiliyah, sosok penyair Imriil Qois
ditakuti sebab baik buruknya kabar maupun berita tergantung syi'iran Imriil Qois.
Nah, di era digital ini, baik buruknya kabar maupun berita
tergantung jempol kita masing-masing, Kita perlu mengedukasi jempol maupun jari-jari
untuk lebih hati-hati dalam mengeksplor sesuatu. Jangan sampai one touch from
our finger yakni satu sentuhan dari jari kita berakibat fatal fi yaumil hisab
atau di akhirat kelak.
Dari keseluruhan uraian di atas, maka perlu ada
semacam edukasi tentang etika bermedsos yang tepat untuk masyarakat khususnya
nahdliyin, Adanya tim medsos di tiap daerah dan berbagi peran; ada yang
bertugas sebagai militer (bisa sinerji dengan Ansor, Banser serta aparat
setempat.
Juga peran ustadz yang bisa bersinergi dengan syuriah, gus, maupun kiai muda setempat.
Sedangkan para penulis bisa bergabung dengan santri, dan akademisi muda NU
setempat. Pun juga sejumlah pegiat budaya
seperti artis, bisa mengorbitkan sosok-sosok baru dari kalangan nahdliyyin yang
kompeten di bidangnya dan mengusung visi misi yang positif.
Semoga Allah membimbing kita baik di dunia nyata
maupun di dunia maya.
COMMENTS