header-wrapper { background:#ffffff URL(/images/banner.png); height:240px; width:600px; margin:0 auto 0px; border:0px solid $bordercolor; }

Tiga Kelompok Kontra Pemimpin Non-Muslim

Oleh: Sumanto Al-Qurtuby Saya amati setidaknya ada tiga kelompok atau kubu umat Islam yang kontra terhadap diskursus pemimpin non-Muslim...

Oleh: Sumanto Al-Qurtuby
Saya amati setidaknya ada tiga kelompok atau kubu umat Islam yang kontra terhadap diskursus pemimpin non-Muslim. Pertama, adalah "kelompok fiqih". Yang saya maksud dengan "kelompok fiqih" adalah para ulama, kiai atau "calon kiai" yang ahli Hukum Islam (fiqih) yang mendasarkan pemikiran-pemikirannya berdasarkan teks-teks keislaman, khususnya Al-Quran, Hadis, dan kitab-kitab tafsir dan fiqih, khususnya "fiqih siyasah" (fiqih politik).
\
Dalam banyak hal, mereka ini "murni" pertimbangan keagamaan-keislaman, meskipun tentu saja ada sejumlah pengecualian disana-sini. Dengan kata lain, karena mereka menemukan sejumlah teks utama dalam Islam serta pendapat para ulama/fuqaha klasik yang melarang non-Muslim sebagai "pemimpin politik-pemerintahan", maka mereka pun "ittiba'" atau taat/mengikuti apa yang tertuang dalam teks-teks keagamaan itu.

Hanya saja perlu dicatat, karena ayat-ayat Al-Qur'an, Hadis dan teks-teks klasik Islam itu "tidak tunggal" atau "seragam", maka banyak pula ulama dan fuqaha kontemporer yang berbeda pendapat mengenai status kepemimpinan non-Muslim ini. Para ulama Al-Azhar, Mesir, misalnya tidak mempermasalahkan umat Islam untuk memilih pemimpin pemerintah non-Muslim karena buat mereka kata "auliya" itu tidak mengacu pada "pemimpin politik-pemerintahan".

Para kiai NU dan pimpinan pondok pesantren juga berselisih pendapat mengenai status atau wacana kepemimpinan non-Muslim ini. Saya juga pernah memosting di Facebook tentang sejumlah pemimpin politik (presiden, gubernur, walikota, dlsb) non-Muslim di daerah yang mayoritas penduduknya adalah Muslim seperti Palestina, Lebanon, dlsb. Itu artinya, umat Islam (termasuk para ulamanya) berbeda pendapat dalam masalah ini.

Kelompok kedua adalah “kelompok politik”. Kelompok ini bisa berbentuk ormas atau tokoh-tokoh agama maupun orpol atau tokoh-tokoh politik, aktivis parpol, dlsb. Apapun “baju” yang mereka pakai atau “bendera” yang mereka kibarkan, tetapi yang jelas muaranya adalah kepentingan politik praktis kekuasaan.

Lalu apa bedanya antara “kelompok politik” ini dengan “kelompok fiqih” tadi? Bedanya adalah jika “kubu fiqih” itu biasanya stabil atau konsisten dalam berpendapat karena memang pendapat mereka dibangun atau didasarkan pada pemahaman atau tafsir atas sejumlah teks-teks yang sifatnya konstan, stabil, tidak berubah-ubah. Sementara itu, “kubu politik” ciri-ciri utamanya adalah bersifat labil atau tergantung pada situasi-kondisi yang menguntungkan dari aspek politik dan ekonomi. Kelompok ini mengikuti arah kemana angin bertiup.

Dengan kata lain, “kelompok politik” ini, kira-kira, lebih menggunakan pertimbangan “dalil rational choice theory” ketimbang teks-teks keagamaan. Bahwa sebagian dari mereka menggunakan dalil-dalil keislaman itu memang ya. Tetapi penggunaan dalil-dalil agama itu hanyalah sebagai “jalan”, sarana, atau untuk “sasaran antara” saja. Sementara tujuan atau sasaran utamanya ya untuk mendapatkan “sesuatu”, kata Syahrini. Jelasnya, agama dipakai sebagai “kendaraan politik”.

Bagaimana dengan “kelompok ketiga”? Kelompok ketiga ini, sebut saja “kelompok nasbung” yang paham agama tidak, pinter politik juga bukan. Tetapi kubu ini sebetulnya yang mayoritas, yang hobinya teriak-teriak “Allahu Akbar” tetapi tidak jelas jelunterungnya. Banyak dari mereka ini sebetulnya tidak mengerti apa-apa “apa yang sebenarnya” terjadi. Mereka hanya dimobilisir saja oleh kelompok elit-menengah (“kubu politik” tadi), sebagian dikasih “uang recehan”, sebagian lagi diiming-imingi surga.

Jika diibaratkan sebuah piramid, maka “kubu nasbung” ini menempati pada posisi paling bawah. Mereka gerudak-geruduk kesana-kemari, teriak-teriak kenceng-kenceng tapi sebetulnya otaknya kosong melompong tak berisi. Sebagai bekas “komandan demo”, saya paham betul dengan “psikologi massa” dan situasi beginian he he.

COMMENTS

Name

Arsip,24,artikel,200,Buku,5,Fiksi,4,kajian perempuan,4,kitab,16,lombakisah,14,manuskrip,12,peristiwa,129,prestasi,12,rehat,39,resensi,13,testimoni,47,tokoh,108,
ltr
item
Halaqoh: Tiga Kelompok Kontra Pemimpin Non-Muslim
Tiga Kelompok Kontra Pemimpin Non-Muslim
https://1.bp.blogspot.com/-EUzrSFpj-mw/WChyZaR2CEI/AAAAAAAAP2I/j8f7itlHYEo_pjdIPYDmYBccRasv-Uc7QCLcB/s640/demo%2Bahok.jpg
https://1.bp.blogspot.com/-EUzrSFpj-mw/WChyZaR2CEI/AAAAAAAAP2I/j8f7itlHYEo_pjdIPYDmYBccRasv-Uc7QCLcB/s72-c/demo%2Bahok.jpg
Halaqoh
https://www.halaqoh.net/2016/11/tiga-kelompok-kontra-pemimpin-non-muslim.html
https://www.halaqoh.net/
https://www.halaqoh.net/
https://www.halaqoh.net/2016/11/tiga-kelompok-kontra-pemimpin-non-muslim.html
true
2194765370271214888
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy