Oleh: Nadirsyah Hosen* Biasanya para orientalis dan para pembenci Islam mengedarkan berita tentang kebengisan dan kekejaman Rasulul...
Oleh: Nadirsyah Hosen*
Biasanya para orientalis dan para pembenci Islam
mengedarkan berita tentang kebengisan dan kekejaman Rasulullah. Tujuannya satu:
mereka hendak membantah bahwa Rasulullah itu welas asih dan rahmat bagi semesta
alam. Sayangnya, di kalangan Muslim sendiri juga banyak yang senang dengan
berbagai kisah “seram” dan “kejam” yang sebenarnya dapat mencederai keluhuran
budi dan nama baik Rasulullah. Kita harus membaca kisah semacam itu dengan
kritis.
Saya pernah mengkritisi tiga riwayat soal kisah
pembunuhan terhadap penghina Nabi di pesantrenvirtual.com
Tadi pagi saya dikirimi kisah lain oleh seorang
pembaca mengenai Abi Sarah yang semula penulis wahyu Nabi tapi kemudian
mengubah wahyu yang Nabi terima dalam tulisannya dan melecehkan Nabi serta
kemudian murtad. Dalam kisah yang diedarkan ini disebut Rasulullah mengeksekusi
Abi Sarah saat Fathu Mekkah. Tentu diedarkannya cerita ini untuk menunjukkan
sikap tegas yang harus kita ambil terhadap penista al-Qur’an. Tapi benarkah
kisahnya seperti itu? Pelacakan saya menunjukkan bahwa kisah yang beredar itu
tidak lengkap. Mari kita kaji bersama dan mengawalinya dengan membaca shalawat
kepada Baginda Rasul: allahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaih.
Surat al-An’am: 93
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepada
saya”, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang
berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah”.
Tafsir al-Thabari mengabarkan telah terjadi
perbedaan pendapat siapa yang dimaksud dalam ayat di atas. Sebagian mengatakan
ayat itu ditujukan kepada Musailamah. Sebagian lagi mengatakan ditujukan kepada
Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarah. Kita fokus pada nama terakhir. Al-Thabari
mengutip dari riwayat Ikrimah bahwa Abi Sarah memang sempat murtad tapi dia
kembali memeluk Islam SEBELUM Fathu Makkah. Kalau riwayat ini benar maka jelas
bertentangan dengan kisah yang diedarkan bahwa Rasul mengeksekusi Abi Sarah
saat Fathu Makkah.
Kalaupun kita tolak riwayat Ikrimah di atas, ada
fakta menarik bahwa dalam Sunan Abi Dawud (hadits nomor: 2308, 3792 dan 3793)
dan Sunan al-Nasa’i (hadits nomor 4001) dikisahkan bahwa Abi Sarah ini diampuni
oleh Rasul SAAT Fathu Makkah atas permintaan Utsman bin ‘Affan yang merupakan
saudara sepersusuan Abi Sarah. Jadi, tidak benar bahwa Abi Sarah dieksekusi
saat Fathu Makkah, baik riwayat Ikrimah yang dicantumkan dalam Tafsir
al-Thabari maupun teks Hadits dalam kedua kitab Sunan tersebut.
Cerita lebih lengkap ada dalam Tafsir al-Qurtubi
mengenai apa yang terjadi dengan Abi Sarah SETELAH Fathu Makkah:
“Saat bai’atnya diterima Rasul, Abi Sarah kembali
memeluk Islam dan apa yang dia lakukan untuk Islam sungguh luar biasa. Pada
masa Khalifah Utsman, beliau diangkat menjadi Gubernur Mesir pada tahun 25H.
Abi Sarah menaklukkan Afrika tahun 27H dan Nuba pada tahun 31H dan meneken
perjanjian gencatan senjata yang berlaku sampai sekarang. Abi Sarah menaklukkan
Pasukan Romawi dalam pertempuran Sawari di tahun 34H. Beliau tinggal di Asqalan
sampai wafatnya Khalifah Utsman.”
“Ada juga yang mengatakan beliau menetap hingga
wafatnya di Ramlah. Abi Sarah berdoa: ” Ya Allah jadikan shalat subuh ku
sebagai amalan terakhirku. Dia berwudhu dan shalat. Pada rakaat pertama beliau
baca surat al-Fatihah dan al-‘Adiyat, di rakaat kedua membaca al-Fatihah dan
surat lainnya, lantas hendak mengakhiri shalatnya dengan mengucap salam ke
kanan, dan beliau wafat sebelum mengucap salam ke kiri. Ini semua diriwayatkan
oleh Yazid bin Abi Habib dan lainnya.”
“Abi Sarah memilih tidak ikutan konflik Ali dan
Muawiyah. Beliau wafat sebelum masyarakat menyetujui Muawiyah menjadi khalifah.
Riwayat berbeda mengenai wafatnya Abi Sarah, ada yang bilang di Afrika, tapi
yang benar di Asqalan tahun 36 atau 37H”
Jadi, Abi Sarah ini adalah contoh tokoh yang pernah
dekat dengan Nabi bahkan sampai menjadi penulis wahyu, tapi syetan menggelincirkannya
hingga ia murtad, namun ia kembali masuk Islam dan kemudian mengabdi pada agama
Allah ini. Dengan demikian kisah yang beredar dan dibroadcast kemana-mana
mengenai Nabi mengeksekusi Abi Sarah tidaklah benar. Kisahnya dipotong –entah
kenapa.
Muhammadku, Rasulku, kekasihku….adalah pribadi yang
welas asih, tidak pendendam dan rahmat bagi semesta. Kita harus bersihkan
beliau SAW dari kisah-kisah yang bisa mencederai keagungan akhlak beliau.
Sungguh aneh kalau umat beliau SAW lebih senang mengambil kisah “kejam” dan
“seram” seolah dari beliau SAW ketimbang kisah dan pelajaran tentang ketinggian
akhlak beliau SAW.
Ya Allah…sudah kutunaikan tugas ini untuk meluruskan
kisah NabiMu. Semoga ini menjadi wasilah bagi kami mendapatkan syafaat kelak di
hari akhir. Amin Ya Allah. Tabik,
*Nadirsyah Hosen. Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash
Law School.
COMMENTS