Yogyakarta – Tantangan dakwah saat ini telah merambah media sosial atau medsos. Karenanya para santri harus tampil mengisi ruang ini agar...
Yogyakarta – Tantangan dakwah saat ini telah merambah media sosial atau medsos. Karenanya para santri harus tampil mengisi ruang ini agar medsos juga diisi dengan dakwah Islam yang sejuk.
Hal ini mengemuka pada kegiatan workshop videotren dalam rangkaian hari santri yang diselenggrakan Rabithah Ma'ahid Islamiyyah (RMI) NU, Sabtu (29/10). Tampil sebagai pemateri di acara yang berlangsung di hall Stadion Maguwoharjo Yogyakarta tersebut adalah KH Abdul Ghaffar Rozien, Hakim Jaily dan Hasan Chabibie.
KH Abdul Ghaffar Rozien yang juga Ketua PP RMI NU menyampaikan, santri harus mengejar ketertinggalan dalam dakwah media sosial. "Meski terlambat, kita harus bekerja keras dan cepat mengejarnya. Untuk itu, di media sosial mari kita banjiri konten positif dan inspiratif dari dunia pesantren," ungkap Gus Rozin, sapaan akrabnya.
Pengasuh Pesantren Maslakul Huda Pati Jawa Tengah ini mengungkap bahwa medsos menjadi sarana strategis pengembangan dakwah. Dalam hal ini, santri harus kreatif memproduksi konten. "RMI siap mendukung program kreatif ini," terangnya.
Medsos juga menjadi platform strategis. "Kelebihan media digital sekarang adalah konvergensi, keterkaitan antar platform media sosial. Jadi, para santri bisa memproduksi konten pada multi media sosial," ungkap Hasan Chabibie dari Pustekkom Kementrian Pendidikan Kebudayaan (Kemdikbud).
Hasan juga menyampaikan tentang wajah agama di medsos. "Pesantren sudah saatnya menjadi solusi atas krisis radikalisme agama," jelasnya.
Sedangkan Hakim Jaily menyampaikan konfigurasi media mainstream dan medsos. "Pesantren pada posisi mana? Kita perlu memilih dalam bermedia, sebagai produsen atau konsumen?," jelas Direktur TV9 tersebut. Ia menyampaikan, betapa komunitas santri yang jumlahnya besar dapat berperan memproduksi konten dakwah yang kreatif dan inspiratif.
Pada worskhop videotren juga diumumkan pemenang lomba videotren. Juara I, Pesantren Al-Munawwir Krapyak, lalu Pesantren Tebuireng sebagai juara II, dan juara III dari Pesantren Sunan Drajat Lamongan, serta Ma'had Ali UIN Malang sebagai juara favorit (doel/saiful).
Hal ini mengemuka pada kegiatan workshop videotren dalam rangkaian hari santri yang diselenggrakan Rabithah Ma'ahid Islamiyyah (RMI) NU, Sabtu (29/10). Tampil sebagai pemateri di acara yang berlangsung di hall Stadion Maguwoharjo Yogyakarta tersebut adalah KH Abdul Ghaffar Rozien, Hakim Jaily dan Hasan Chabibie.
KH Abdul Ghaffar Rozien yang juga Ketua PP RMI NU menyampaikan, santri harus mengejar ketertinggalan dalam dakwah media sosial. "Meski terlambat, kita harus bekerja keras dan cepat mengejarnya. Untuk itu, di media sosial mari kita banjiri konten positif dan inspiratif dari dunia pesantren," ungkap Gus Rozin, sapaan akrabnya.
Pengasuh Pesantren Maslakul Huda Pati Jawa Tengah ini mengungkap bahwa medsos menjadi sarana strategis pengembangan dakwah. Dalam hal ini, santri harus kreatif memproduksi konten. "RMI siap mendukung program kreatif ini," terangnya.
Medsos juga menjadi platform strategis. "Kelebihan media digital sekarang adalah konvergensi, keterkaitan antar platform media sosial. Jadi, para santri bisa memproduksi konten pada multi media sosial," ungkap Hasan Chabibie dari Pustekkom Kementrian Pendidikan Kebudayaan (Kemdikbud).
Hasan juga menyampaikan tentang wajah agama di medsos. "Pesantren sudah saatnya menjadi solusi atas krisis radikalisme agama," jelasnya.
Sedangkan Hakim Jaily menyampaikan konfigurasi media mainstream dan medsos. "Pesantren pada posisi mana? Kita perlu memilih dalam bermedia, sebagai produsen atau konsumen?," jelas Direktur TV9 tersebut. Ia menyampaikan, betapa komunitas santri yang jumlahnya besar dapat berperan memproduksi konten dakwah yang kreatif dan inspiratif.
Pada worskhop videotren juga diumumkan pemenang lomba videotren. Juara I, Pesantren Al-Munawwir Krapyak, lalu Pesantren Tebuireng sebagai juara II, dan juara III dari Pesantren Sunan Drajat Lamongan, serta Ma'had Ali UIN Malang sebagai juara favorit (doel/saiful).
COMMENTS