Bogor - Sejak zaman penjajahan, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat In...
Bogor - Sejak zaman penjajahan, pondok pesantren
merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
masyarakat Indonesia. Eksistensinya mendapat pengakuan dan terlibat dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa, tidak hanya dari segi moril namun juga
memberikan sumbangsih signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pendidikan di
pesantren meliputi pendidikan Islam, dakwah, pengembangan kemasyarakatan dan
pendidikan lain yang sejenis. Peserta didiknya disebut yang umumnya menetap di
pesantren..
Pesantren dalam
perkembangannya sendiri menampakkan keberadaan sebagai lembaga pendidikan Islam
yang mumpuni, di dalamnya didirikan sekolah, baik secara formal maupun
nonformal. Bahkan pesantren mempunyai trend baru dalam rangka memperbarui
sistem di tengah-tengah era globalilsasi.
Salah satunya seperti
Pondok Pesantren Tarbiyatul Huda yang berada di Jalan Veteran 1 (Pasar
Ciketereg), Kampung Legok Nyenang, RT 01 RW 09, Desa Pancawati, Kecamatan
Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdiri di tanah seluas 2 hektare di
kaki Gunung Pangrango, pesantren ini tampak asri.
Pondok pesantren ini
mulai didirikan dan dipimpin oleh Kiai Haji Bunyamin Syarif pada 2 Februari
1982. Selain diajari ilmu agama, para santri juga mendapatkan pendidikan formal
yang setara. Secara formal Pondok Pesantren Tarbiyatul Huda mengelola jenjang
pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga menengah.
"Awalnya
pesantren ini salafiyah atau hanya mengajar kitab kuning saja. Karena sepinya
pesantren, pada tahun 2002 kita mulai berkembang menjadi pesantren modern di
mana di dalamnya ada pendidikan formal juga dan akhirnya baru diresmikan tahun
2010 lalu," kata Pengurus Harian Pesantren, Ridwan Syah.
Di pesantren ini,
nantinya para santri diajarkan membaca kitab kuning yang merupakan program
unggulan. Keterampilan membaca kitab kuning sendiri ada dua sistem yaitu
balagan dan sorogan.
Untuk sistem balagan,
di mana seorang ustad nantinya akan membacakan kitab kuning di hadapan para
santri. Sementara sorogan justru santri yang membacakan di depan para ustadz.
"Program kitab
kuning ini merupakan program utama kita. Di mana detail keilmuan dan penjelasan
rinci terkait Islam itu sebenarnya ada dalam kitab kuning. Jadi santri tidak
hanya sekadar belajar Islam hanya dari luarnya saja tetapi kita mengajarkan
mereka untuk memahami dan mengerti ilmu-ilmu agama yang sudah kita
diberikan," tuturnya. (Okz/saiful)
COMMENTS