Oleh Ahmad Karomi* Ternyata salah satu ciri terkabulnya doa seseorang terletak pada track record atau rekam jejak amal perbuatan maup...
Oleh Ahmad Karomi*
Ternyata salah satu ciri terkabulnya doa seseorang
terletak pada track record atau rekam jejak amal perbuatan maupun tingkah laku
atau haliyah yang terjadi di masa lalu, maupun di masa sekarang. Sebab umumnya,
manusia masih membutuhkan perangkat sabab akibat. Semisal seseorang menanam
tumbuhan dengan penuh kesabaran, merawat penuh telaten, berharap ketika
tumbuhan itu besar dan berbuah, maka hasilnya pun baik dan memuaskan yang
bersangkutan. Hal ini senada dengan kata-kata: Nandur apik, tukule yo apik. Nek
tukule apik, isok nguwoh apik. (Menanam kebaikan akan menumbuhkan kebaikan,
jika tumbuh kebaikan, maka buahnya pun bagus).
Lantas apa hubungannya dengan doa? Seseorang yang
berdoa agar rezekinya lancar, maka kelancaran rezeki itu akan muncul dari
ikhtiar atau usaha orang itu selama bekerja, bergaul, bermasyarakat, serta berkeluarga.
Ketika seluruh elemen ini dipupuk dengan perbuatan baik, maka terjadilah
semacam sinergi, singkron antara orang tersebut, pekerjaan, keluarga dan alam
sekitarnya, sehingga membuahkan "lancarnya rezeki". Seakan orang itu
panen akan perbuatan baik yang selama ini dipupuk dan dirawat.
Doa bisa dikatakan sebagai pendorong, pelumas,
membuat pelancar dari ikhtiar atau usaha seorang hamba untuk berubah ke arah yang
lebih baik.
Sebaliknya, dosa-dosa (baik sosial maupun ritual) yang
pernah dipupuk tanpa ada kesadaran
meminta maaf, mengubah perbuatan buruk, melakukan pembenahan, intropeksi diri,
bisa dipastikan akan menjadi bumerang bagi pelakunya. Seperti seorang maling,
perampok, penipu takkan pernah mendapat simpati dari masyarakar, dan rezekinya buntu
karena tidak bisa dipercaya lagi.
Walhasil, jangan pernah berkecil hati jika belum
"lancar rezeki"nya, sebab bisa jadi itulah bentuk proses yang harus
dilalui menuju kelancaran rezeki itu sendiri. Pertahankan dan biasakan untuk
memotivasi diri sendiri dengan baik, insyaallah harapan-harapan itu akan
terkabul. Jangan sering melakukan perbuatan kotor, sebab meskipun perbuatan
kotor itu hanya setitik noda, lambat laun noda itu akan menjadi warna hitam yang
akan memperkeruh rezeki.
Ada kisah seorang yang bangkrut membutuhkan
pertolongan agar ekonominya tertata. Suatu saat dia bertemu kiai dan meminta
saran, kiai itupun malah menyarankan orang itu untuk tetap bersedekah meskipun
bangkrut. Karena taat, kemudian orang itu menjual sepeda, dan uangnya
disedekahkan untuk pembangunan masjid serta fakir miskin. Selang beberapa hari yang
bersangkutan "dimudahkan" Allah rezekinya dengan menjadi penjual
spare part sepeda yang sukses.
Begitu pula dalam mencari ilmu. Pernah Imam Syafii
kesulitan menghafalkan ilmu, lalu sowan kepada Kiai Waki'. Saran yang diterima
dari sang kiai disuruh meninggalkan maksiat. Dan oleh Imam Syafii hal tersebut ditulis
dalam syair: Aku melaporkan kepada Kiai Waki' perihal buruknya hafalanku. Lalu Kiai
Waki' menyuruhku untuk meninggalkan maksiat.
Padahal Imam Syafii terkenal memiliki hafalan yang
kuat. Karenanya dilaukanlah introspeksi diri, dan dalam ingatannya ternyata Imam
Syafii pernah secara tidak sengaja melihat paha perempuan yang akan naik
kendaraan.
Dari sini bisa diambil garis besar bahwa dosa,
maksiat adalah salah satu penyebab terhalangnya rezeki berupa ilmu, teman, termasuk
pekerjaan. Oleh karena itulah hadirnya doa bisa mengcounter dan menyuntikkan
serum-serum harapan dan kebaikan.
*Aktifis Pengurus Wilayah Lembaga Ta’lif wan Nasyr
NU Jatim.
COMMENTS