Yogyakarta – Para peziarah berebut untuk bisa memberikan penghormatan terakhir kepada KH Muhammad Rifqi. Mereka datang dari berbagai daer...
Yogyakarta – Para
peziarah berebut untuk bisa memberikan penghormatan terakhir kepada KH Muhammad
Rifqi. Mereka datang dari berbagai daerah, seakan memberikan kesaksian bahwa
almarhum adalah benar-benar tokoh yang memiliki kharisma.
Warga, alumni dan
santri mulai datang melayat di kompleks Pesantren Krapyak, Yogyakarta, sejak Rabu,
(3/8) dini hari. Lantunan doa berupa tahlil, istigatsah hingga bacaan al-Quran
dipersembahkan khusus kepada Gus Kelik, sapaan akrab alhamrhum.
Ya, Gus Kelik wafat
pada usia 58 tahun di di Rumah Sakit Panembahan Senopati, Bantul karena sakit
gagal ginjal.
Abdurrahman Zuhdi (26), santri senior asal Tulungagung, Jawa Timur menjelaskan, ketika Gus Kelik dikabarkan meninggal, para pentakziyah mendatangi Pesantren Krapyak. "Sejak jenazah habis disucikan, ribuan pelayat sudah berdatangan memadati rumah duka," tuturnya.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Al-Imdad, Bantul, KH Habib Abdus Syakur mengatakan, jenazah putra KH Ali Maksum yang ke-5 ini dimakamkan hari ini, Rabu (3/8) sekitar pukul 14.00 WIB di Kompleks Pemakaman Dongkelan.
Muhammad Nasrudin, salah satu santri kalong di Pesantren Krapyak menceritakan bahwa almarhum adalah orang yang dekat dengan kalangan bawah. "Gus Kelik itu, meski tidak aktif di organisasi NU seperti Mbah Ali, namun beliau mendirikan jam'iyyah shalawat Bil Musthafa dengan ribuan jamaah dan semuanya dihormati dengan dijamu makan besar dan ditempatkan di bawah tenda besar," kata salah satu dosen STIQ An-Nur Ngrukem itu.
Ia menambahkan, Gus Kelik orang yang hormat penuh dengan sang ibunda, Nyai Hasyimah. Ini dibuktikan dengan hasil inisiasinya menggelar haul ibunya yang tak lain adalah putri KH Muhammad Munawir. "Lazimnya kalau haul itu kan laki-laki, ini Gus Kelik mengadakan untuk orang perempuan dan yang hadir pun ribuan, dari Gus Mus hingga Habib Syech pernah datang" kenangnya.
Gus Kelik adalah pendiri shalawat Bil Musthofa dengan ribuan masyarakat yang sudah bergabung di dalamnya. Kepergiannya, selain meninggalkan seorang istri, Nyai Fauziyah Salamah, juga ribuan santri yang ia asuh bersama keluarga besar Krapyak serta jamaah shalawatnya.
Abdurrahman Zuhdi (26), santri senior asal Tulungagung, Jawa Timur menjelaskan, ketika Gus Kelik dikabarkan meninggal, para pentakziyah mendatangi Pesantren Krapyak. "Sejak jenazah habis disucikan, ribuan pelayat sudah berdatangan memadati rumah duka," tuturnya.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Al-Imdad, Bantul, KH Habib Abdus Syakur mengatakan, jenazah putra KH Ali Maksum yang ke-5 ini dimakamkan hari ini, Rabu (3/8) sekitar pukul 14.00 WIB di Kompleks Pemakaman Dongkelan.
Muhammad Nasrudin, salah satu santri kalong di Pesantren Krapyak menceritakan bahwa almarhum adalah orang yang dekat dengan kalangan bawah. "Gus Kelik itu, meski tidak aktif di organisasi NU seperti Mbah Ali, namun beliau mendirikan jam'iyyah shalawat Bil Musthafa dengan ribuan jamaah dan semuanya dihormati dengan dijamu makan besar dan ditempatkan di bawah tenda besar," kata salah satu dosen STIQ An-Nur Ngrukem itu.
Ia menambahkan, Gus Kelik orang yang hormat penuh dengan sang ibunda, Nyai Hasyimah. Ini dibuktikan dengan hasil inisiasinya menggelar haul ibunya yang tak lain adalah putri KH Muhammad Munawir. "Lazimnya kalau haul itu kan laki-laki, ini Gus Kelik mengadakan untuk orang perempuan dan yang hadir pun ribuan, dari Gus Mus hingga Habib Syech pernah datang" kenangnya.
Gus Kelik adalah pendiri shalawat Bil Musthofa dengan ribuan masyarakat yang sudah bergabung di dalamnya. Kepergiannya, selain meninggalkan seorang istri, Nyai Fauziyah Salamah, juga ribuan santri yang ia asuh bersama keluarga besar Krapyak serta jamaah shalawatnya.
Foto di atas juga
menggambarkan bahwa khalayak merasa kehilangan atas kepergiannya. Ribuan kaum
muslimin memberikan penghormatan terakhir dengan mengantarkan ke peristirahatan
terakhir. Selamat jalan Gus Kelik, alfaatihah. (saiful/Nuo)
COMMENTS