Oleh: Syukron Dosi* Perkumpulan Nahdlatul Wathan (kebangkitan/pergerakan Tanah Air) berdiri tepatnya di sebuah gedung bertingkat di K...
Oleh:
Syukron Dosi*
Perkumpulan
Nahdlatul Wathan (kebangkitan/pergerakan Tanah Air) berdiri tepatnya di sebuah
gedung bertingkat di Kampung Kawatan Gang VI nomor 22, Surabaya, yang kemudian
dikenal dengan perguruan Nahdlatul Wathan (Pergerakan Tanah Air). Tujuannya,
untuk mendidik kader-kader muda dan membangunkan semangat nasionalisme mereka
yang diinisiasi oleh ulama-ulama muda yang berhaluan Ahlus Sunnah wal Jamaah
(faham yang mempertahankan sistem bermadzab).
Kiai Abdul Wahab Chasbullah mendirikan organisasi ini
untuk menggelorakan semangat nasionalisme di kalangan umat Islam. Bersama
beberapa tokoh muda ulama seperti KH Mas Mansur, Kiai Ridwan Abdullah, mas Alwi
dan H. Abdul Kahar seorang saudagar asal Surabaya sebagai penyandang dananya.
Selain itu, seorang tokoh pergerakan HOS Tjokroaminoto, dan juga Raden Pandji
Soeroso, Soendjoto.
Pada 1916, perguruan ini mendapat Rechtsperson (resmi
berbadan hukum), dengan susunan pengurus: KH Abdul Kahar sebagai Direktur, KH
Abdul Wahab Chasbullah sebagai Pimpinan Dewan Guru dan Keulamaan dan KH Mas Mansur
sebagai Kepala Sekolah dibantu KH Ridwan Abdullah.
Sejak itu Nahdlatul Wathan dijadikan markas
penggemblengan para pemuda. Mereka dididik untuk menjadi pemuda yang berilmu
dan cinta tanah air. Setiap hendak memulai kegiatan belajar, para murid diharuskan
terlebih dahulu menyanyikan lagu perjuangan kebangsaan dalam bahasa Arab, yang
telah digubah oleh Kiai Wahab dalam bentuk syair seperti berikut:
Ya ahlal wathan, ya ahlal wathan....
Hubbul wathan minal-iman
Wahai bangsaku, wahai bangsaku...
Cinta tanah air adalah bagian dari iman
Cintailah tanah air ini wahai bangsaku
Jangan kalian menjadi orang terjajah
Sungguh kesempurnaan dan kemerdekaan
harus dibuktikan dengan perbuatan...
Hubbul wathan minal-iman
Wahai bangsaku, wahai bangsaku...
Cinta tanah air adalah bagian dari iman
Cintailah tanah air ini wahai bangsaku
Jangan kalian menjadi orang terjajah
Sungguh kesempurnaan dan kemerdekaan
harus dibuktikan dengan perbuatan...
Setelah Mas Manshur aktif di Muhammadiyah, kemudian
kepala sekolah dijabat oleh Mas Alwi dengan mengembangkan sayap Nahdlatul
Wathan di berbagai daerah. Madrasah Akhul Wathan (Saudara Setanah Air) di
Semarang, Far'ul Wathan (Cabang Tanah Air) di Gresik dan Malang, Hidayatul
Wathan (Petunjuk Tanah Air) di Jombang dan Jagalan, Ahlul Wathan (Warga Tanah
Air) di Wonokromo dan Khitabul Wathan di Pacarkeling. Pendirian
madrasah-madrasah kebangsaan ini tidak lain adalah sebagai bentuk upaya kaum
santri untuk menumbuhkembangkan semangat nasionalisme-religius ala pesantren ke
dalam jiwa putera-puteri bangsa kita.
Sejak awal NU bernafaskan kebangsaan. Embrio organisasi
NU adalah Nahdlatul Wathan, sebuah gerakan untuk membangkitkan kesadaran
berbangsa. Gerakan NW berangkat dari pemahaman dan empati terhadap keadaan
nyata rakyat Indonesia kala itu di bawah penindasan politik, hukum, ekonomi,
dan budaya rezim kolonial Belanda. Kaum pesantren yang merupakan basis
masyarakat kecil seperti petani, nelayan, dan buruh upah, dapat membuka mata
akan penderitaan bangsanya lewat penyadaran wawasan kebangsaan, hubbul wathan
minal iman.
Nahdlatul
Wathan adalah spirit awal berdirinya NU, lewat jalur pendidikan dan pergerakan
kebangsaan.
Piagam
Nahdlatul Wathan
Wahai bangsaku, cinta tanah air adalah bagian dari iman, cintailah tanah air ini wahai bangsaku. Jangan kalian jadi orang terjajah, sungguh kesempurnaan itu harus dibuktikan dengan perbuatan. Bukanlah kesempurnaan itu hanya berupa ucapan, jangan hanya pandai bicara.
Dunia ini bukan tempat menetap, tetapi hanya tempat berlabuh. Berbuatlah sesuai dengan perintahnya. Kalian tidak tahu orang yang memutarbalikan dan kalian tidak mengerti apa yang berubah dimana akhir perjalanan dan bagaimanapun akhir kejadian. Adakah mereka memberi minum juga juga pada ternakmu. Atau mereka membebaskan kamu dari beban, atau malah membiarkan tertimbun beban.
Wahai bangsaku yang berpikir jernih dan halus perasaan kobarkan semangat dan jangan jadi pembosan.
Wahai bangsaku, cinta tanah air adalah bagian dari iman, cintailah tanah air ini wahai bangsaku. Jangan kalian jadi orang terjajah, sungguh kesempurnaan itu harus dibuktikan dengan perbuatan. Bukanlah kesempurnaan itu hanya berupa ucapan, jangan hanya pandai bicara.
Dunia ini bukan tempat menetap, tetapi hanya tempat berlabuh. Berbuatlah sesuai dengan perintahnya. Kalian tidak tahu orang yang memutarbalikan dan kalian tidak mengerti apa yang berubah dimana akhir perjalanan dan bagaimanapun akhir kejadian. Adakah mereka memberi minum juga juga pada ternakmu. Atau mereka membebaskan kamu dari beban, atau malah membiarkan tertimbun beban.
Wahai bangsaku yang berpikir jernih dan halus perasaan kobarkan semangat dan jangan jadi pembosan.
Surabaya
1916
* Pegiat PW GP Ansor Jatim
COMMENTS