Jember -- Semakin maraknya kegiatan buka bersama di sejumlah rumah makan dan restoran di Jember sesungguhnya patut disyukuri. Karena bul...
Jember -- Semakin maraknya
kegiatan buka bersama di sejumlah rumah makan dan restoran di Jember
sesungguhnya patut disyukuri. Karena bulan Ramadlan ternyata mampu menggerakkan
roda ekonomi masyarakat. Namun, jika berlebihan, justru sangat tidak sesuai
dengan tujuan puasa itu sendiri.
Karena tujuan puasa
sesungguhnya adalah mengendalikan nafsu manusia yang terwujud dalam kesenangan
makan, minum dan senggama. Demikian disampaikan Katib Syuriyah NU Jember, Dr
Kiai M.N Harisudin, M. Fil. I, di ceramah usai tarawih di Masjid Quba Gebang
Jember, Ahad, (18 Juni 2016). Tidak kurang 300 orang hadir memenuhi masjid yang
berada di depan MAN 2 Jember tersebut.
“Tujuan puasa itu, menurut Yusuf Qardlawi dalam kitab Fiqhus Shiyam,
adalah menghancurkan syahwat dan mengubah nafsu amarah menjadi nafsu muthmainnah,” katanya di hadapan hadirin.
Jadi, sangat lucu, kalau dengan puasa justru nafsunya semakin bertambah
menjadi. Kalau waktu berbuka semakin bernafsu laiknya hewan yang beringas, ini
tentu ada yang keliru dalam puasanya, lanjut Pengasuh Ponpes Darul Hikam yang
juga dosen pascasarjana IAIN Jember tersebut.
Lebih lanjut, kata Kiai Harisudin, menawarkan ajakan al-Ghazali untuk mengurangi
makan waktu malam hari. “ Pesan al-Ghazali dalam kitab Bidayah jelas. Fala tastaktsir, jangan banyak makannya.
Sehingga porsi makan waktu puasa dengan tidak puasa ini sesungguhnya sama saja.
Lalu, apa artinya puasa jika makannya justru sama atau bahkan lebih banyak dari
biasanya!” katanya balik bertanya. Ini
berarti puasa yang bersangkutan seperti yang dikritik Rasulullah SAW bahwa
banyak yang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga, jelas Ketua Bidang
Intelektualitas dan Publikasi Ilmiah IKA-PMII Jember dan Sekretaris YPNU
Universitas Islam Jember tersebut.
Di tempat berbeda, Ketua PCNU Jember, Dr. KH. Abdullah Samsul Arifin, mengingatkan
bahwa puasa pada hakikatnya mengajarkan kesederhanaan. “Kita bisa mencontoh Rasulullah SAW. Beliau
kalau berbuka hanya minum air putih dan kurma. Ini sesungguhnya contoh
kesederhanaan yang bisa kita tiru,” kata Gus Aab di Masjid Agung al-Baitul Amin
Jember.
Oleh karena itu, kesederhanaan inilah yang mesti ditiru umat Islam.
Dengan kesederhanaan pula, orang lain tidak akan iri hati. “Orang kaya jika
menampakkan kekayaan di hadapan umum dan ia tidak bisa mengendalikan diri, maka
demikian ini suatu saat akan menimbulkan kecemburuan yang berujung pada
kejahatan,” katanya. Inilah sesungguhnya salah satu hikmah puasa yakni hidup
penuh kesederhanaan, pungkas Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN
Jember tersebut. (Anwari/saiful)
COMMENTS