Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin telah meresmikan 13 ma'had aly di Indonesia. Keberadaannya sebagai perguruan tinggi berb...
Menteri
Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin telah meresmikan 13 ma'had aly di
Indonesia. Keberadaannya sebagai perguruan tinggi berbasis pendidikan pesantren
serta fokus pada pendidikan keagamaan di berbagai bidang.
Ke-13
pesantren yang diresmikan sebagai ma'had aly ini diharapkan dapat mencetak
kalangan ulama Tanah Air yang ilmunya mumpuni. Setiap ma'had aly sendiri
mengajarkan satu bidang keagamaan dengan merujuk kitab kuning, yaitu kitab keislaman
berbahasa Arab yang menjadi rujukan tradisi keilmuan Islam di pesantren.
Berikut
profil singkat Ma’had Aly Hasyim Al-Asy'ary, Pesantren Tebuireng.
Pengasuh
Pesantren Tebuireng, KH. Muhammad Yusuf Hasyim dan Dr. Hc. KH. Ir. Salahuddin
Wahid mendirikan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari pada 6 September 2006, bertepatan
dengan 12 Sya’ban 1427 H. Ma’had ’Aly Hasyim Asy’ari berusaha membangun
paradigma baru dengan mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan agama maupun
pengetahuan umum secara bersama sebagai kesatuan yang terpadu, dengan
menempatkan al-Quran dan hadits sebagai sumber pengembangan keilmuwan.
Atas
dasar paradigma baru tersebut, maka ilmu-ilmu yang dikembangkan di Ma’had ’Aly
Hasyim Asy’ari adalah ilmu yang mampu membentuk pribadi mahasiswa dengan kualifikasi
kelulusan sebagai ulama yang tafaqquh fi al-diin. Mereka dibekali empat pilar
utama yaitu: kemantapan aqidah dan kedalaman spiritual, keluhuran akhlaq
mahasiswa, keluasan ilmu pengetahuan dan kematangan profesional.
Pendidikan
sarjana di ma'had aly dengan kekhususan Hadits dan Ilmu Hadits (Hadits wa
Ulumuhu ini dirinci dalam tiga muatan kurikulum yaitu unsur pembangun kemampuan
dasar keilmuan Islam yaitu Mata Kuliah Dasar (MKD); unsur pembangun kemampuan
metodologis dan ketajaman analisis problematika keislaman, pengembangan
keilmuan islam, yaitu Mata Kuliah Utama (MKU) dan unsur yang berfungsi untuk
memperkaya, melengkapi, memperlancar dan memantapkan potensi yang tercermin
dalam Mata Kuliah Pendukung (MKP).
Para
mahasantri digembleng agar menguasai tradisi ulama salaf as saleh baik pada
bidang ilmiah maupun amaliyah serta lahiriyah pada generasi penerus islam yang
khairu ummah, tafaqquh fi ad-diin.
Penyelenggaraan
studinya merupakan kombinasi pendidikan pondok pesantren serta perguruan
tinggi. Selama masa kuliah, mahasantri belajar melalui program dirasah
yaumiyyah yang meliputi ceramah dan dialog interaktif, pengajian model
bandongan dan sorogan, studi kepustakaan literatur klasik keagamaan, tadris wa
at-ta’lim, muhadatsah/ muhawaroh dan penugasan penulisan ilmiah.
Para mahasantri juga mengikuti
kegiatan tambahan berupa mudzakaroh, yaitu kajian mendalam terhadap kitab-kitab
tertentu untuk penguasaan bidang studi dengan bimbingan dosen bidang studi; masa’il
fiqhiyyah, maudlu’iyyah dan waqi’iyyah; bahtsul masail; resimen mahasiswa
(menwa) dan penerbitan. (Okz/saiful)
COMMENTS